Denny JA Sebut Finlandia Bisa Jadi Referensi Mengembangkan Negara Kesejahteraan Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 19 Agustus 2023 02:47 WIB
Cos - 19 Agustus 2023 Denny JA Sebut Finlandia Bisa Jadi Referensi Mengembangkan Negara Kesejahteraan Indonesia Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan masyarakat Indonesia perlu memikirkan kembali pandangan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, terhadap arah pembangunan negara. Ia mencontohkan pandangan Bung Karno bahwa “Setiap bangsa hendaknya mempunyai jalur pembangunannya masing-masing. Jalur yang dipilih harus sesuai dengan ciri-ciri sejarah, geografis, sosial, ekonomi, dan politik negara tersebut”. Menurut Denny JA, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045. Namun, ia meyakini Indonesia harus berupaya menemukan model pembangunan yang membahagiakan masyarakat. Artinya, pembangunan tidak hanya menyangkut perekonomian, namun juga menyangkut manusia. Suatu negara dibangun dengan sistem yang sesuai dengan budaya dan sejarahnya sendiri. [caption id="attachment_15549" align="aligncenter" width="970"] Ilustrasi negara Finlandia (Suara)[/caption] “Tapi kita masih perlu perbandingan. Kita memerlukan data dan fakta yang bisa diukur dengan menggunakan benchmark negara lain untuk menentukan maju atau mundurnya upaya tersebut,” ujarnya. Sebagai perbandingan, beliau menyarankan, seseorang dapat menggunakan Indeks Kebahagiaan Dunia yang dikembangkan oleh PBB untuk mengukur kemajuan suatu negara. Suatu negara tidak dapat dianggap progresif hanya berdasarkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Kemajuan suatu negara juga tidak dapat diukur hanya pada tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Negara yang sukses harus membuat warganya bahagia. Menurut dia, data World Happiness Index tahun 2022 menempatkan Amerika Serikat sebagai representasi pembangunan kapitalis hanya pada peringkat 19. Sedangkan Tiongkok, sebagai representasi pembangunan kapitalis, berada pada peringkat 19. Pembangunan sosialis/komunis hanya menempati peringkat ke-82. Perancis yang juga meluncurkan sistem hybrid berada di peringkat 21. Jepang dengan sistem sempalan Asia-nya hanya berada di peringkat 55, dan Korea Selatan di peringkat 61. Sedangkan Indonesia yang akan bangkit dalam wacana Pancasilanomics turun ke peringkat 80. Negara-negara Skandinavia yaitu Finlandia, Denmark, Norwegia, dan Swedia memiliki indeks kebahagiaan global tertinggi. “Ini adalah perkembangan yang dikenal sebagai model Nordik. Negara ini menganut sistem negara kesejahteraan.” ucapnya. Ia mengungkapkan, model Nordik memiliki enam ciri khas. Pertama, model Nordik merupakan program perlindungan sosial yang didanai oleh negara yang sangat besar. Yang dijadikan pembiayaan mencakup utilitas publik, mulai dari pendidikan, layanan kesehatan, perumahan, tunjangan pengangguran, asuransi hari tua, pensiun, bahkan tunjangan bayi, hingga tunjangan rekreasi untuk anak-anak, orang tua. Kedua, pajak sangat tinggi untuk mendanai program kesejahteraan. Ketiga, kondisi perekonomian yang maju. Keempat, pemerintah Skandinavia menerapkan demokrasi yang komprehensif. Warga negara mempunyai hak untuk bebas memilih jalan hidupnya, sepanjang tidak memaksakan pemaksaan atau kekerasan kepada orang lain mengenai jalan hidupnya. Kelima, hadirnya pemerintahan bebas korupsi di negara-negara Nordik. Di tahun 2021, negara yang paling bersih dari korupsi adalah Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia. Keenam, agama tidak lagi dianggap penting di negara-negara Skandinavia. Faktanya, kurang dari 30% penduduk negara-negara Skandinavia menganggap agama penting. Menurut Denny JA, poin pertama hingga kelima bisa dianggap sebagai ciri yang wajib dimiliki dalam model negara kesejahteraan Indonesia. “Hanya ada satu hal yang perlu diubah agar sesuai dengan sejarah Indonesia. Ini poin keenam tentang peran agama dalam masyarakat,” ujarnya. Denny JA Sebut Finlandia Bisa Jadi Referensi Mengembangkan Negara Kesejahteraan Indonesia (Ch, Cus, Cos)