BMKG Ungkap Kekuatan Sistem InaTEWS dan Ancaman Zona Megathrust Selat Sunda serta Mentawai Siberut
- Penulis : Mila Karmila
- Rabu, 14 Agustus 2024 10:20 WIB
ENTERTAINMENTANBC.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan pentingnya sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) sebagai alat utama untuk mendeteksi potensi bahaya dari zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa InaTEWS memungkinkan proses monitoring, pemrosesan, dan diseminasi informasi gempa bumi serta peringatan dini tsunami menjadi semakin cepat dan akurat.
Sistem InaTEWS dilengkapi dengan sensor-sensor di berbagai titik strategis, baik di darat maupun di laut, yang terintegrasi dengan berbagai instansi untuk menyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan tsunami di seluruh Indonesia.
BMKG menilai sistem ini efektif dalam memantau aktivitas gempa dan tsunami, termasuk dampak dari gempa 7,1 magnitudo yang terjadi di zona megathrust Nankai, Jepang, pada 8 Agustus 2024.
Daryono menambahkan bahwa keakuratan sistem InaTEWS didukung oleh peralatan penunjang seperti sismometer, accelerometer, dan 56 unit intensitymeter yang dioperasikan BMKG dalam jaringan monitoring gempa bumi kuat di Indonesia.
Sistem ini tetap menjadi andalan BMKG dalam langkah mitigasi dampak gempa dan tsunami, terutama untuk potensi gempa besar pada zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Zona megathrust, yang merupakan pertemuan antar-lempeng tektonik bumi, memiliki potensi memicu gempa kuat dan tsunami.
Berdasarkan peta sumber bahaya gempa (PuSGen) tahun 2017, Indonesia dikelilingi oleh 13 zona megathrust, termasuk segmen Selat Sunda di selatan Jawa-Bali dan segmen Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Aktivitas pada zona-zona ini masih menjadi ancaman besar karena belum terjadi gempa besar dalam waktu yang lama.
Daryono mengungkapkan kekhawatiran bahwa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memiliki potensi untuk menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga 8,7 dan 8,9 secara berturut-turut.
Para ilmuwan memprediksi bahwa gempa besar di kedua zona ini hanya tinggal menunggu waktu.
BMKG terus berupaya memaksimalkan sistem pemantauan dan melakukan edukasi serta pelatihan mitigasi untuk pemerintah daerah dan masyarakat.
Kegiatan ini mencakup Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG), pembentukan masyarakat siaga tsunami, dan program BMKG Goes to School (BGTS).
Selain itu, BMKG juga mendorong penggunaan rumah tahan gempa di daerah rawan seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Dengan langkah-langkah mitigasi dan pemantauan yang terus ditingkatkan, BMKG berharap dapat mengurangi risiko dampak bencana gempa bumi dan tsunami, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi.***