Drama Politik di Bangladesh: PM Sheikh Hasina Kabur ke India Saat Protes Meletus dan Militer Terlibat
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 05 Agustus 2024 19:43 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Pada Senin, 5 Agustus 2024, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina meninggalkan negaranya dalam kondisi penuh ketegangan.
Langkah ini diambil setelah pengunjuk rasa menyerbu kediamannya di Dhaka, menuntut pengunduran Sheikh Hasina.
Menurut laporan Harian lokal *Parthom Alo*, Sheikh Hasina dan saudara perempuannya, Sheikh Rehana, telah berangkat ke Benggala Barat di India untuk mencari perlindungan.
Sheikh Hasina, yang telah memerintah Bangladesh sejak 2009, menghadapi gelombang protes yang besar.
Di usia 76 tahun, pemimpin ini menghadapi tantangan besar dari rakyat yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa.
Protes yang berlangsung akhir-akhir ini menuntut penghapusan sistem kuota dalam pekerjaan pemerintah dan disertai dengan kekerasan yang melibatkan mahasiswa dan kelompok lainnya.
Panglima Militer Bangladesh, Waker Uz Zaman, kini memimpin dan bertemu dengan pemimpin partai politik, siap menyampaikan pidato di hadapan rakyat. Sementara itu, mahasiswa secara tegas menolak kemungkinan pengambilalihan kekuasaan oleh militer.
Koordinator utama demonstrasi, Asif Mahmud, menegaskan melalui media sosial bahwa mereka tidak akan menerima kendali militer atas negara.
Tragisnya, protes baru ini telah mengakibatkan setidaknya 93 orang tewas, menurut laporan dari sumber-sumber rumah sakit yang diterima Anadolu.
Demonstrasi yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa ini berencana mengadakan long march ke Dhaka.
Namun, pemerintah telah memberlakukan jam malam tanpa batas waktu untuk mengendalikan situasi.
Pada hari Minggu, Hasina mengancam akan mengambil tindakan keras terhadap mereka yang dianggap sebagai penyebar teror dan kekacauan di negara tersebut.
Pada hari yang sama, pihak berwenang memulihkan sebagian akses internet saat ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Dhaka, tetapi internet seluler tetap ditangguhkan sebagai langkah pengendalian.
Situasi di Bangladesh terus memanas, dan nasib politik negara ini semakin tidak pasti seiring dengan meningkatnya ketegangan dan kekacauan.***