DECEMBER 9, 2022
Kolom

Peran SATUPENA di Bawah Kepemimpinan Denny JA Dalam Memperjuangkan Kepentingan Penulis di Era AI 

image
Satrio Arismunandar selaku sekjen SATUPENA. (Entertainmentabc.com)

Oleh: Satrio Arismunandar

ENTERTAINMENTABC.COM - Rapat Anggota Tahunan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA telah berlangsung dengan aman, lancar dan sukses pada Kamis, 15 Agustus 2024. Rapat secara daring yang dimulai pada pukul 19.00 WIB itu berlangsung lebih dari dua jam dengan total peserta mencapai 333 orang.

Sungguh jumlah partisipasi yang melampaui dugaan. Tampaknya antusiasme mereka untuk mengikuti rapat ini cukup besar. 

Rapat Anggota Tahunan itu dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum SATUPENA Denny JA, laporan tentang program SATUPENA dari Ketua Harian Jonminofri Nazir, dan laporan keuangan dari Bendahara Ajisatria Suleiman. 

Kemudian ada laporan dari para Koordinator SATUPENA Daerah. Disusul dengan pandangan dan masukan dari anggota Dewan Penasihat SATUPENA. Acara kemudian diisi diskusi antarpeserta dan dengan pengurus SATUPENA.

Ada beberapa catatan penting yang bisa dipetik dari Rapat Anggota Tahunan SATUPENA 2024. Pertama, adalah pemahaman tentang kondisi dunia penulisan global, yang secara gamblang dipaparkan oleh Ketua Umum SATUPENA Denny JA dalam sambutan pembukaannya. 

Denny JA mengungkapkan, dunia penulisan terbukti telah memberi sukses finansial yang besar pada sejumlah penulis dunia. Mengutip data PennBookCenter (2024), Denny menyebut saat ini ada lima penulis terkaya di dunia. 

Mereka adalah: (1) JK Rowling, kekayaan bersih $1 miliar dengan karya utama serial Harry Potter; (2) James Patterson, kekayaan $800 juta dengan karya utama serial Alex Cross; (3) Jim Davis, kekayaan $800 juta dengan karya Garfield; (4) Danielle Steel, kekayaan $600 juta dengan karya lebih dari 190 novel; dan (5) Grant Cardone, kekayaan $600 juta dengan karya berupa buku-buku bertema real estate.

Hadirnya Artificial Intelligence (AI)

Sebetulnya, di daftar PennBookCenter terdapat 50 nama penulis terkaya di dunia, tetapi Denny hanya menyebut lima nama teratas, sekadar sebagai contoh.

Namun, contoh penulis sukses dan kaya itu baru gambaran satu sisi tentang dunia penulisan global. Data lain yang bikin kita prihatin menunjukkan, saat ini hanya 1-2 persen dari penulis yang bisa hidup sepenuhnya dari royalty karya-karya mereka (sumber: Reedsy, 2024).

Selain itu, lanjut Denny, penghasilan penulis juga mengalami penurunan sebesar 43 persen dibandingkan periode sebelumnya (sumber: parade, 2024). Penurunan 43 persen itu cukup drastis dan jelas bukan angka yang kecil.

Selain itu, ada “tantangan eksistensial” baru yang dianggap mengancam para penulis, yaitu kehadiran aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam dunia penulisan. Aplikasi AI ini mampu menghasilkan produk tulisan, seperti berita, cerpen, naskah skenario untuk film, puisi, esai, dan sebagainya.  

Salah satu contohnya adalah "The Aum Golly Series – Poems on Humanity by Artificial Intelligence." Ini adalah serangkaian buku puisi yang diciptakan oleh AI yang dirancang oleh Humayun Rashid, seorang penulis dan teknolog. 

Buku-buku ini adalah contoh karya sastra yang dihasilkan sebagian besar oleh kecerdasan buatan, dengan fokus pada tema kemanusiaan, emosi, dan makna kehidupan.

Buku ini mengeksplorasi topik-topik besar seperti kemanusiaan, eksistensi, cinta, kesedihan, dan keindahan hidup. Meskipun puisi-puisi ini dihasilkan oleh AI, mereka dirancang untuk menggugah emosi dan refleksi mendalam pada pembaca. AI digunakan untuk menghasilkan teks, sementara 

Rashid mengkurasi, mengedit, dan mengarahkan AI untuk memastikan bahwa hasil akhirnya memiliki kedalaman artistik dan relevansi dengan tema kemanusiaan.

Kolaborasi Manusia dan Mesin

Keunikannya adalah buku ini merupakan hasil kolaborasi antara manusia dan mesin, dengan AI bertindak sebagai kreator utama puisi, tetapi tetap ada sentuhan manusia dalam penyempurnaan dan penerbitan karya.

Seri puisi ini adalah eksperimen dalam mengeksplorasi batasan antara kreativitas manusia dan kecerdasan buatan, serta bagaimana teknologi dapat digunakan untuk menghasilkan karya seni yang bermakna.

Seri "The Aum Golly" telah menarik perhatian karena inovasinya dalam menggunakan AI untuk menghasilkan karya sastra. Buku ini mencerminkan bagaimana teknologi dapat berperan dalam dunia seni dan sastra, sambil tetap mempertahankan esensi kemanusiaan dalam karya-karya yang dihasilkannya.

"The Aum Golly Series" merupakan salah satu contoh bagaimana AI dapat digunakan dalam proses kreatif untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang biasanya menjadi domain eksklusif manusia. Tetapi “prestasi” yang dicapai AI ini mengganggu sebagian penulis, yang sudah terbiasa berkarya dengan cara-cara konvensional.

Denny mengungkapkan, para penulis skenario film di Hollywood sempat melakukan pemogokan dan protes terhadap pengunaan AI dalam penulisan skenario. Mereka menuntut regulasi yang lebih ketat dalam pengunaan AI untuk penulisan naskah film (sumber: Parade, 2024).

Dalam kaitan ini, Denny mengangkat tentang pentingnya peran asosiasi atau organisasi penulis dalam memperjuangkan kepentingan anggotanya. Bergabung dengan asosiasi penulis bukan hanya tentang menjadi bagian dari sebuah kelompok, tetapi juga mendapatkan akses ke berbagai sumber daya, kesempatan, dan dukungan yang dapat mendorong perkembangan karier penulisan secara signifikan.

Bergabung dengan asosiasi penulis dapat memberikan berbagai manfaat yang signagi seorang penulis, baik dari segi pengembangan karier, jaringan profesional, maupun dukungan pribadi. 

Arti Penting Asosiasi Penulis

Berada dalam komunitas penulis memungkinkan seorang penulis untuk berkolaborasi dengan penulis lain, baik dalam proyek menulis maupun diskusi kreatif. Banyak asosiasi menawarkan program mentorship di mana penulis yang lebih berpengalaman memberikan bimbingan kepada penulis baru.

Penulis mendapatkan dukungan moral dan profesional dari sesama anggota, yang bisa sangat membantu dalam menghadapi tantangan dalam karier menulis. Asosiasi penulis sering mengadakan workshop, seminar, atau lokakarya yang membantu penulis mengasah keterampilan menulis mereka, baik dalam genre tertentu, teknik penulisan, atau aspek lain dari industri penerbitan.

Melalui kelompok penulisan atau sesi kritik, penulis dapat menerima umpan balik yang membangun dari rekan sejawat. Asosiasi sering memberikan akses ke publikasi, riset, dan informasi terkini tentang tren dalam industri penerbitan. Beberapa asosiasi menawarkan akses ke beasiswa, hibah, atau dana untuk proyek penulisan tertentu.

Yang juga krusial adalah kesempatan publikasi dan eksposur. Asosiasi penulis terkadang menerbitkan karya anggotanya dalam jurnal, antologi, atau situs web mereka, memberikan kesempatan untuk eksposur yang lebih besar. Asosiasi sering mengadakan pameran buku, festival sastra, dan acara publik lainnya di mana penulis dapat mempromosikan karya mereka.

Hal lain adalah soal perlindungan hak cipta dan advokasi. Asosiasi penulis dapat memberikan panduan tentang cara melindungi hak cipta dan hak intelektual. Asosiasi juga sering terlibat dalam advokasi untuk melindungi kebebasan berekspresi dan melawan penyensoran.

Ditambah lagi, ada keuntungan finansial. Penulis sering menerima diskon untuk keikutsertaan dalam acara, pembelian buku, atau penggunaan layanan yang relevan dengan penulisan. 

Asosiasi dapat menyediakan daftar pekerjaan atau kontrak penulisan yang bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. Banyak asosiasi juga memberikan penghargaan literasi kepada anggotanya, yang dapat meningkatkan reputasi dan kredibilitas penulis di mata penerbit dan pembaca.

Peran SATUPENA

Inilah berbagai peran yang bisa dilakukan SATUPENA dalam memperjuangkan kepentingan penulis. Sebagai asosiasi yang relatif baru, SATUPENA bisa belajar dari asosiasi penulis yang sudah mapan, memiliki sejarah panjang dan reputasi internasional.

Misalnya, PEN International, yang didirikan pada 1921 dengan kantor pusat di London, Inggris. Anggotanya sudah lebih dari 25.000 penulis yang tersebar di lebih dari 100 negara. 

PEN International berkomitmen untuk mempromosikan persahabatan dan kerjasama intelektual di antara penulis di seluruh dunia. Organisasi ini juga bekerja untuk melindungi kebebasan berekspresi dan memperjuangkan hak-hak penulis yang mengalami penyensoran atau penganiayaan.

Dalam kaitan peran asosiasi penulis inilah, saya melihat adanya antusiasme dan semangat yang tinggi dari para anggota SATUPENA. Spirit yang tinggi itu ditampilkan oleh para Koordinator Daerah di Rapat Umum Anggota SATUPENA, 15 Agustus 2024. Masing-masing mereka menyampaikan laporan tentang kondisi para penulis di wilayahnya.

Tentang laporan dari para Koordinator SATUPENA Daerah, perlu ada penjelasan bagi pembaca yang bukan/belum jadi anggota SATUPENA. Koordinator SATUPENA Daerah ini mewakili wilayah/region/pulau besar tertentu, misalnya, Pulau Sumatra. Koordinator Daerah membawahi beberapa Koordinator Provinsi, seperti provinsi Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, dan seterusnya. 

Di bawah Koordinator Provinsi ada banyak anggota SATUPENA. Jumlah anggota SATUPENA Provinsi tentunya bervariasi, tergantung jumlah penulis di provinsi bersangkutan yang mau bergabung dengan SATUPENA. Selain itu, tidak semua provinsi memiliki “kepadatan populasi penulis” yang sama. SATUPENA DKI Jakarta lebih “padat” populasi penulisnya daripada SATUPENA Papua, misalnya.

Pernah ada anggota senior SATUPENA yang mengusulkan kepada saya, selaku Sekjen SATUPENA, untuk membentuk SATUPENA Kota. Mungkin ada kota-kota tertentu yang populasi penulisnya begitu banyak dan ingin aktif, sehingga merasa perlu diwadahi dengan membentuk SATUPENA Kota. 

Tetapi saya katakan pada mereka, untuk sementara ini biarlah bergabung dan beraktivitas di bawah SATUPENA Provinsi dulu. Terbukti, untuk menggiatkan aktivitas anggota di tingkat provinsi saja belum berjalan secara optimal. Optimalkan saja dulu yang sudah ada.

Rasa Optimistis

Tetapi dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, saya merasa optimistis bahwa SATUPENA di bawah kepemimpinan Denny JA akan sanggup memperjuangkan kepentingan para penulis.

Dalam Rapat Umum Anggota, Okky Madasari, novelis dan salah satu anggota Dewan Penasihat SATUPENA, mengusulkan agar perkumpulan penulis ini aktif berkomunikasi dan menjalin kerja sama dengan para penulis luar negeri. Ide Okky ini mendapat sambutan positif dari Ketua Umum SATUPENA, Denny JA.

Sayang, dalam Rapat Umum Anggota tersebut tidak cukup waktu untuk membacakan seluruh laporan Koordinator SATUPENA Provinsi karena banyak sekali jumlah provinsi. Karena Koordinator SATUPENA Sumatra Barat, Sastri Bakry menyatakan pada saya bahwa usulan Okky Madasari justru sudah dilakukan oleh SATUPENA Sumbar.

Sastri menyebut buku Puisi Indonesia-India, yang diterbitkan ISISAR, akan dilaunching pada acara World Thinkers ‘n Writers Meet pada 18-21 November di Kolkata, India pada November 2024. Banyak penulis Indonesia ikut terlibat, termasuk Jose Rizal Manua, Swary Utami Dewi, Deknong Kemalawati, dan lain-lain.

Lalu, Buku Antologi Puisi Suara dari Kampus Australia-Indonesia diterbitkan oleh SATUPENA Sumbar/ Pustaka Artaz, dan akan dibedah pada 4 November 2024 di Deakin University, Australia. Ada lagi buku puisi esai Indonesia-India (sedang dalam proses). 

Jika apa yang sudah dilakukan SATUPENA Sumbar ini dilakukan juga di banyak SATUPENA Provinsi lainnya, tentu akan dahsyat sekali dampaknya. Hal itu tak mungkin terjadi tanpa dorongan semangat dari para pengurus SATUPENA Provinsi, yang didukung penuh oleh para anggotanya.

Selamat berjuang dan berkarya untuk semua penulis Indonesia!***

Penulis adalah Sekjen SATUPENA, Pemimpin Redaksi OrbitIndonesia.com dan majalah pertahanan, geopolitik dan hubungan internasional ARMORY REBORN. ***

Berita Terkait