Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 25 Agustus 2024 21:28 WIB

Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA

Lukisan AI Denny JA

Lukisan AI Denny JA

Lukisan AI Denny JA
Di kanvasnya tampak beterbangan lambang agama di dunia, yang selama ini mungkin enggan kita ketahui - selain lambang agama kita sendiri.
Bintang bulan lambang Islam. Salib berornamen lambang Kristen. Salib dengan gambaran Yesus perlaya lambang Katolik. Salib geometris lambang Protestan. Bintang cakra lambang Buddha.
Lingkaran berbunga lambang Theravada. Bintang segi enam lambang Judaisme. Aksara suci Om lambang Hindu. Lingkaran bertitik dua lambang Tao. Gapura lambang Shinto. Telapak tangan bercahaya lambang Jainisme.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Kisah Cinta Tanah Air di Dalam Film Eksil
Bunga teratai lambang Mahayana. Dan seterusnya. Menarik, Denny punya ingatan untuk mengingatkan semua itu.
*Menemukan “Lukisan Masa Depan”*
Hasrat Denny mencipta lukisan-lukisan kontekstual seperti ini bagai menjawab tantangan STA (Sutan Takdir Alisyahbana). Syahdan pada 1982, STA menggelar pameran berjuluk “Lukisan Masa Depan” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Dibatalkannya RUU Pilkada dan Pentingnya Kompetisi Politik
Di situ, STA mengatakan bahwa kebudayaan Renaissance telah sampai pada ujungnya, sehingga Kebudayaan Baru harus lahir. Kebudayaan Baru itu harus beranak Kesenian Baru, yakni kesenian yang secara jelas merefleksikan hati nurani manusia, dan merekam serta mendokumentasi suara-suara hati dan pikiran yang baik dan luhur.
Dengan begitu, seni harus berkonteks dengan suasana, situasi, dan kejadian di masyarakat. Lukisan-lukisan AI karya Denny adalah jawaban atas itu. Lukisan Denny adalah “lukisan masa depan” itu.
Sebagai catatan ujung, kita layak melihat kembali siapa Denny JA. Ia adalah pengamat sosial-politik-ekonomi dan pendiri Lingkaran Survei Indonesia. Sejak lama, sosok kelahiran Palembang 1963 ini memiliki minat seni.
Dan minat itu tidak hanya dilakoni sebagai intermezzo, namun didalami sebagai “pekerjaan wajib”. Itu sebabnya banyak yang mahfum tatkala Denny menghasilkan puisi.