Macron ke Netanyahu: Kematian Pemimpin Hamas, Peluang Baru untuk Gencatan Senjata di Gaza
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 22 Oktober 2024 14:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Dalam percakapan telepon baru-baru ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pekan lalu seharusnya dianggap sebagai kesempatan untuk membuka negosiasi baru menuju gencatan senjata di Gaza.
Hal ini diungkapkan dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Senin, 21 Oktober 2024.
Macron mendesak Netanyahu untuk melindungi infrastruktur sipil di Lebanon dan lebih fokus pada keselamatan warga sipil dalam konflik yang terus memanas.
Dia juga mengecam serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) yang menyebabkan beberapa penjaga perdamaian terluka dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Macron, kematian Sinwar adalah momen krusial yang bisa digunakan sebagai titik awal untuk membangun dialog menuju gencatan senjata di Gaza.
Sejak 23 September, serangan udara Israel di Lebanon telah meningkat, dengan klaim menargetkan posisi-posisi Hizbullah.
Baca Juga: Putin Dukung Pembentukan Negara Palestina, Serukan Kembali Kuartet Timur Tengah
Serangan ini memperburuk konflik lintas perbatasan setelah ketegangan yang berlangsung lebih dari setahun antara Israel dan kelompok Lebanon tersebut, di tengah serangan berkelanjutan Israel di Gaza.
Otoritas kesehatan Lebanon melaporkan hampir 2.500 orang tewas dan lebih dari 11.500 lainnya terluka akibat serangan Israel.
Pada awal Oktober, konflik semakin meluas ketika Israel melancarkan serangan darat di Lebanon selatan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Harapan Baru untuk Indonesia: Fokus Palestina hingga Ketahanan Pangan
Serangan Israel di Gaza juga terus berlangsung setelah serangan lintas batas yang dilakukan Hamas tahun lalu.
Meskipun ada seruan Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata, kekerasan tetap berlanjut.
Otoritas Gaza mengklaim lebih dari 42.600 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, dengan hampir 100.000 lainnya terluka.
Sementara itu, operasi militer Israel memaksa hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, diperparah dengan blokade yang menyebabkan krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan di wilayah tersebut.
Saat ini, Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakannya di Gaza.***