Profil Raja Juli Antoni Menteri Kehutanan di Kabinet Merah Putih Lengkap dengan Perjalanan Karier dan Kekayaan
- Penulis : Mila Karmila
- Sabtu, 09 November 2024 14:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Ini dia profil Raja Juli Antoni yang dilantik sebagai Menteri Kehutanan di Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada 21 Oktober 2024.
Sebagai sosok yang dikenal luas di dunia politik dan organisasi, ia membawa perjalanan hidup yang inspiratif dan kaya pengalaman.
Raja Juli Antoni lahir di Riau pada 13 Juli 1977.
Ia tumbuh dalam keluarga berpengaruh, ayahnya, Raja Ramli Ibrahim merupakan tokoh masyarakat Lubuk Jambi dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau.
Pendidikan agama yang kuat tercermin dari pendidikannya di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Garut, Jawa Barat.
Melanjutkan pendidikannya, Raja Juli Antoni menyelesaikan studi sarjana di IAIN Syarif Hidayatullah (kini UIN Jakarta) pada 2001, fokus pada Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.
Tak berhenti di situ, ia memperoleh beasiswa Chevening Award untuk studi magister di The Department of Peace Studies, Universitas Bradford, Inggris, pada 2004.
Gelar doktor pun berhasil ia raih dari Universitas Queensland, Australia, dengan beasiswa Australian Development Scholarship (ADS) pada 2010.
Sebelum aktif di politik, ia merupakan Direktur Eksekutif The Indonesian Institute (TII), sebuah lembaga pemikir di Indonesia.
Ia juga kerap menulis artikel dan opini yang diterbitkan di media nasional. Sebagai aktivis, ia pernah menjadi Direktur Eksekutif Maarif Institute, organisasi yang didirikan oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.
Ia aktif di organisasi Muhammadiyah sejak muda.
Pernah menjabat juga sebagai Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) pada 2000-2002.
Meski pernah maju sebagai calon legislatif pada Pemilu 2009, ia tetap fokus membangun kariernya di bidang politik nasional.
Pada 2015, ia mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, namun kemudian memutuskan mundur demi mengembangkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang ia dirikan bersama sejumlah politikus muda.
Sebagai Sekjen PSI, ia dikenal vokal memperjuangkan nilai-nilai inklusif, antikorupsi, dan transparansi.***