Buku Pertama yang Dilarang Diedar Era Modern, Kisah Pemberontakan Thomas Morton Terhadap Kaum Puritan
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 14 November 2024 08:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Pelarangan buku yang ditulis oleh sastrawan di Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi.
Karya buku sastrawan ini dari tahun 1959, ratusan judul ini dilarang beredar karena berbagai alasan.
Bahkan, karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer pun sempat menjadi korban.
Baca Juga: Aturan Saldo Minimum Terbaru di Rekening BCA, BRI, BNI, dan Mandiri yang Harus Kamu Tahu
Tapi tahukah kamu? Jauh sebelum itu, sejarah mencatat ada satu buku yang menjadi buku pertama yang dilarang di masa modern.
Buku itu adalah New English Canaan karya Thomas Morton, menurut Smithsonian Magazine.
Kanaan Inggris Baru pertama kali terbit pada tahun 1637 di Amsterdam.
Baca Juga: Kabar Duka Song Jae Rim Aktor Korea Ini Diduga Meninggal Tragis, Sahabat Tak Percaya
Namun, buku ini cepat dilarang oleh kaum Puritan di Amerika.
Menurut KBBI, Puritan adalah kelompok yang hidup dengan disiplin ketat, menolak segala bentuk kemewahan, dan menganggap kesenangan sebagai dosa besar.
Buku ini memiliki tiga jilid yang membahas berbagai hal.
Baca Juga: Film Keajaiban Air Mata Wanita akan Tayang di Bioskop Bakal Bikin Kuras Air Mata Penonton
Pada jilid pertama, Morton menulis tentang sejarah, kepercayaan, dan kehidupan penduduk asli Amerika.
Pada jilid kedua, ia menggambarkan tanah, satwa, dan sumber daya alam di wilayah New England.
Pada jilid terakhir, Morton melontarkan kritik pedas terhadap kaum Puritan dan cara mereka memperlakukan penduduk asli Amerika.
Alasan pelarangan buku ini sebenarnya cukup jelas. Pada bagian akhir, Morton berani menyuarakan kritiknya terhadap kaum Puritan yang dianggap tidak adil dan keras terhadap penduduk asli.
Morton adalah sosok yang ramah pada mereka dan mendukung kebebasan beragama, berbanding terbalik dengan Puritan yang menerapkan aturan ketat dan menolak hiburan.
Sikap Morton ini membuat kaum Puritan geram.
Mereka tidak hanya melarang bukunya, tetapi juga mengasingkan Morton ke sebuah pulau, lalu mengirimnya kembali ke Inggris.
Meski Morton sempat kembali lagi ke New England, kaum Puritan tetap mengusirnya hingga ia meninggal pada tahun 1643.
Situs World History Encyclopedia menyebutkan bahwa New English Canaan dicetak sekitar 400 eksemplar, tetapi hampir seluruhnya disita dan dihancurkan oleh pemerintah Inggris saat itu.
Saat ini, hanya ada 16 salinan asli buku Morton yang tersisa.
Sebagian besar berada di museum dan lembaga sejarah di Amerika Serikat.
Sisanya dianggap sebagai harta karun antik yang sangat berharga bagi para kolektor.
Kisah Morton ini menjadi pengingat bahwa sejak lama, kebebasan berbicara sering kali harus berhadapan dengan kekuasaan dan norma yang ketat.***