Puisi Denny JA: Mereka Tak Terima Keyakinan yang Diberi Orangtuaku
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 03 Desember 2024 09:01 WIB

ENTERTAINMENTABC.COM - Semarang, 2016.
Anwar berdiri di depan gerbang sekolahnya,
sekolah yang dulu ia sebut rumah kedua.
Kini, ia merasa menjadi tamu tak diundang,
tertolak oleh sesuatu yang tak ia pahami. (1)
-000-
Keyakinan kami bukanlah kata dalam daftar resmi,
bukan deretan huruf di kolom KTP.
Hayu Ningrat, warisan leluhur yang menenun jiwa kami,
dipandang seperti bayang-bayang,
tak layak diterima terang.
Saat masih kanak, orang tuaku memberi keputusan:
“Daftarkan sebagai penganut agama tertentu agar ia aman di negeri ini.”
Namun kini, pilihan itu berubah duri.
Kata guru: “Kamu beragama ini di atas kertas,
maka doa seperti itu adalah keharusanmu.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai
Aku menolak, dengan hati yang gemetar,
sebab keyakinanku bukanlah permainan peran.
-000-
“Mengapa mereka memaksa aku menjadi asing?”
Anwar bertanya dalam sunyi.
“Mengapa warisan darahku tak diterima?
Adakah aku ini pohon yang salah tumbuh,
di tanah yang hanya menyukai mawar?”
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah
Mata kepala sekolah dingin seperti batu sungai:
“Aturan adalah aturan,” katanya,
seperti itu jawaban Tuhan.