Viral Sosok KH Usman Ali Disorot Netizen Tertawa Paling Keras saat Gus Miftah Sindir Penjual Es Teh
- Penulis : Mila Karmila
- Jumat, 06 Desember 2024 08:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Nama KH Usman Ali tiba-tiba mencuat di media sosial setelah video viral menunjukkan Gus Miftah melontarkan candaan kepada seorang penjual es teh di sebuah pengajian.
Candaan Gus Miftah kepada penjual es teh tersebut menuai berbagai reaksi dari netizen, terutama karena tawa KH Usman Ali yang terdengar paling keras di video itu.
Dalam video yang beredar, seorang penjual es teh dan air mineral terlihat berdiri di tengah jamaah pengajian, di mana KH Usman Ali tampak duduk di samping Gus Miftah.
Baca Juga: Viral Gus Miftah Hina Pedagang Es, Presiden Prabowo Tegur Keras dan Minta Minta Maaf Langsung
Melihat pedagang itu, Gus bertanya dengan nada yang dianggap netizen merendahkan.
Namun, perhatian netizen justru tertuju pada seorang pria berpeci hitam yang tertawa paling keras di sebelah Gus.
Pria yang disebut-sebut tertawa paling kencang itu adalah KH Usman Ali, pimpinan Pondok Pesantren API Al-Huda, Magelang.
Komentar netizen pun bermunculan, mengkritik keras reaksi tersebut.
“Ini toh yang ketawanya paling kencang? Nggak ada lucunya, malah terkesan merendahkan orang,” tulis seorang netizen.
“Pesantren kok malah mendukung perilaku kayak gini, pantes bullying jadi hal biasa,” tambah warganet lainnya.
Baca Juga: Prabowo Bela Pedagang Kecil, Gus Miftah Viral karena Hina Tukang Es Teh
Meski terseret dalam kontroversi, KH Usman dikenal sebagai tokoh ulama NU yang berpengaruh di Magelang.
Lahir pada 5 Juli 1975 di Dusun Gedongan, Gondosari, Pakis, Magelang, ia merintis Pondok Pesantren API Al-Huda dari nol sejak tahun 2013.
Pendidikannya dimulai dari MI dan MTs, sebelum melanjutkan di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang selama 13 tahun.
Cita-citanya mendirikan pesantren terwujud dengan mendirikan TPA Al-Huda yang kini menjadi tempat belajar agama bagi anak-anak hingga remaja.
Pesantren yang dikembangkannya memiliki tradisi unik, seperti mujahadah dan pengajian selapanan yang diadakan setiap malam Senin Pahing.
Acara ini dimulai pukul 20.00 WIB dengan sholat hajat bersama, mujahadah Nihayatul Mustaghfirin, hingga mauidhoh hasanah yang diisi langsung olehnya.
Di tengah kritik yang mengarah pada dirinya, banyak juga yang menilai ia tetap merupakan tokoh yang berjasa besar dalam pendidikan agama di Magelang.
Namun, insiden ini menjadi pengingat bahwa setiap tindakan di ruang publik dapat menimbulkan interpretasi yang beragam.***