DECEMBER 9, 2022
News

Ketika Orang Pintar Pun Jadi Jongos: Menyambut Pertunjukan Teater di Yogyakarta

image
Poster Teater ketika orang pintar jadi jongos. (Entertainmentabc/Kiriman)

Karakter-karakter dalam skenario ini, terutama Tuan Hakim, ditampilkan dengan kompleksitas moral. Terjadi  pergulatan batin antara integritas dan korupsi. 

Dialog yang tajam dan lucu, juga penggunaan simbolisme memperkuat pesan moral yang disampaikan.

-000-

Baca Juga: Fakta Menarik The Falcon Ambil Alih Perisai Vibranium dalam Captain America Brave New World

Teater memang telah lama digunakan sebagai medium untuk menyampaikan kritik sosial. Ia memberikan suara kepada yang tertindas, dan mengajak penonton untuk berpikir kritis tentang isu-isu masyarakat. (1)

Membaca naskah The Jongos, saya pun teringat simbolisme dari 
"The Crucible.” Naskah ini ditulis oleh Arthur Miller pada tahun 1953. Drama ini menggambarkan perburuan penyihir Salem pada abad ke-17.

Tetapi itu sebenarnya merupakan alegori untuk McCarthyism di Amerika Serikat pada 1950-an. Itu era ketika begitu banyak seniman, intelektual dan politisi yang diburu karena diduga bagian dari jaringan komunisme.

Baca Juga: Denny JA: Penyair di Payakumbuh Bebas Menyatakan Pendapat, tapi Keliru Mencampuradukkan Puisi Esai dengan SATUPENA

Perburuan atas para komunis  (diduga) abad 20 itu mirip seperti perburuan atas penyihir (diduga) abad 17.

Miller menggunakan cerita tentang John Proctor, seorang petani yang dituduh sebagai penyihir tanpa bukti konkret. Ini untuk mengkritik paranoia yang menghancurkan kehidupan individu.

Pesan utama dari "The Crucible" adalah peringatan terhadap bahaya dari ketakutan kolektif. Ketidak adilan dapat terjadi ketika masyarakat dipenuhi kebencian plus prasangka, walau tidak berdasar.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Jimin BTS Album Solo MUSE, Lagu Who Sukses hanya Beberapa Jam saat Rilis

Lalu The Jongos dan Hakim
dalam teater Indra Trenggono dan Isti Nugroho ini simbolisme dari peristiwa apakah?

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Kiriman

Berita Terkait