DECEMBER 9, 2022
News

Makan Siang Bergizi Gratis: Solusi Cerdas untuk Masa Depan Sehat Anak Indonesia

image
Seorang siswa menyantap makanan ketika program makan gratis SDN Sukasari 5, (ANTARA)

ENTERTAINMENTABC.COM - Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan makan siang bergizi untuk masyarakat.

Meskipun pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai 54,53 persen dari PDB nasional, ketimpangan dalam akses terhadap makan siang bergizi masih jadi masalah serius.

  • Gizi dan Konsumsi Makanan 

Berdasarkan data BPS, konsumsi makanan dan minuman—termasuk yang bukan dari restoran—menyumbang 22,69 persen dari total pengeluaran rumah tangga untuk makan siang bergizi gratis ini.

Baca Juga: Anies Baswedan Santai Cak Imin Gabung Kabinet Prabowo

Data Susenas Maret 2023 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita mencapai Rp1.451.870 per bulan, dan hampir setengahnya, sekitar 48,99 persen, dialokasikan untuk makanan.

  • Ketimpangan yang Mengkhawatirkan

Namun, meski konsumsi makanan mendominasi pengeluaran, masalah gizi tetap mengintai.

Kesenjangan antara kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah dalam akses makanan bergizi perlu segera diatasi.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Hadir di Pelantikan Prabowo-Gibran, Kecuali Ada Kejutan dari Partai

Jika dibiarkan, dampaknya bisa sangat serius bagi kualitas sumber daya manusia di masa depan, apalagi Indonesia berada dalam fase kritis bonus demografi.

Inilah mengapa program "Makan Siang Bergizi Gratis" yang diusulkan oleh Prabowo-Gibran sangat relevan.

Program ini akan memberikan akses makanan bergizi bagi anak-anak, terutama dari keluarga miskin.

Baca Juga: Kolaborasi Super Rose Blackpink dan Bruno Mars Luncurkan Single Apt Bikin Ketagihan

Dengan pendekatan ini, kita bisa memperbaiki status gizi generasi muda yang berpotensi berdampak positif pada masa depan bangsa.

  • Apa Itu Angka Kecukupan Gizi (AKG)?


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2019, setiap orang membutuhkan setidaknya 2.100 kkal energi dan 57 gram protein per hari.

Sayangnya, data menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi masyarakat Indonesia masih sedikit di bawah AKG, yaitu 2.087,64 kkal.

  • Kesenjangan dalam Konsumsi Energi dan Protein

Data menunjukkan bahwa kelompok 20 persen terbawah hanya mampu mengonsumsi 1.663,05 kkal per hari.

Sementara kelompok teratas bisa mencapai 2.504,91 kkal. Untuk protein, kelompok bawah mengonsumsi hanya 45,76 gram per hari, jauh dari kelompok atas yang mencapai 81,22 gram.

  • Pentingnya Akses Pangan Bergizi

Kesenjangan ini memperlihatkan bahwa akses terhadap sumber protein berkualitas seperti ikan dan daging masih terbatas bagi masyarakat miskin.

Masalah ini bukan hanya soal ketersediaan makanan, tetapi juga daya beli.

  • Makan Siang Bergizi Gratis: Harapan Baru

Program makan siang bergizi gratis menawarkan solusi untuk memperbaiki asupan gizi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Dengan memberikan makanan yang bergizi, kita bisa meringankan beban pengeluaran pangan keluarga tersebut, sehingga mereka bisa mengalokasikan dana untuk kebutuhan penting lainnya.

  • Tantangan yang Harus Diatasi

Pemerintah perlu memastikan bahwa makanan yang disediakan memenuhi standar AKG.

Pengawasan ketat diperlukan untuk menjaga kualitas dan keragaman makanan. Selain itu, masalah logistik, terutama di daerah terpencil, juga harus diatasi.

Dampak Ekonomi yang Positif dalam program ini juga berpotensi meningkatkan permintaan terhadap produk lokal, seperti ikan dan telur, yang bisa memberikan stimulus bagi sektor pertanian dan perikanan.

Dengan meningkatnya permintaan, para petani dan nelayan bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar.

  • Mengurangi Kesenjangan Sosial

Secara sosial, program ini bisa membantu mengurangi kesenjangan di masyarakat.

Dengan memberikan akses kepada anak-anak dari keluarga miskin terhadap makanan bergizi, kita memberi mereka kesempatan untuk tumbuh sehat dan berprestasi di sekolah.

  • Membangun Masa Depan yang Lebih Baik

Seiring waktu, program makan siang bergizi gratis bisa membantu memutus rantai kemiskinan yang berkaitan erat dengan masalah gizi buruk.

Namun, program ini perlu didukung oleh kebijakan lain, seperti subsidi pangan dan edukasi gizi kepada masyarakat.***

Berita Terkait