DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Rupiah Anjlok Investor Cemas Jelang Duel Trump vs Harris di Pilpres AS 2024

image
Petugas menunjukan uang dolar dan rupiah, Jakarta (Antara)

ENTERTAINMENTABC.COM -  Nilai tukar rupiah kembali melemah seiring meningkatnya kecemasan investor menjelang Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024.

Menurut analis mata uang, Lukman Leong, ketidakpastian politik di AS membuat dolar AS semakin perkasa dan memaksa rupiah tertekan.

“Rupiah diproyeksikan terus melemah karena kekhawatiran investor jelang Pilpres AS 2024,” ungkap Lukman saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Baca Juga: Kalsel Gandeng Pemerintah Pusat Wujudkan Stop Buang Air Besar Sembarangan

Salah satu pemicu utama adalah hasil polling terbaru yang menunjukkan Donald Trump semakin mendekati Kamala Harris.

Harris saat ini unggul tipis dengan dukungan 48,2 persen, sementara Trump menempel ketat di angka 46,4 persen, menurut data ABC News dan 538 pada Selasa (22/10).

Jika Trump menang, banyak yang memprediksi inflasi di AS akan melonjak akibat kebijakan pajak dan tarif yang kemungkinan besar akan diterapkan.

Baca Juga: Orasi Denny JA: Bisnis Hidup Sehat secara Holistik Melonjak

“Ini akan membuat The Fed semakin sulit menurunkan suku bunga,” jelas Lukman.

Tak hanya faktor politik, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang diperkirakan akan semakin terbatas.

Survei terbaru menunjukkan bahwa suku bunga hanya akan dipangkas sebesar 50 basis poin (bps) sepanjang tahun ini, lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya yang mencapai 70 bps.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion

Dalam perdagangan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, rupiah melemah 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp15.640 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di Rp15.627.

Lukman memperkirakan, rentang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini berada di kisaran Rp15.600 hingga Rp15.700.

Faktor-faktor ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh ketidakpastian global terhadap stabilitas rupiah, terutama dalam menghadapi dinamika politik AS yang masih sulit diprediksi.***

Berita Terkait