Catatan Denny JA: Renungan Sumpah Pemuda, Warna Nasionalisme di Era Algoritma
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 28 Oktober 2024 10:57 WIB

Seperti akar pohon yang dalam, nasionalisme memberi kekuatan.
Indonesia adalah satu, sebuah bangsa yang terikat oleh sejarah dan cita-cita kemerdekaan.
Namun, era algoritma mengubah segalanya. Algoritma menciptakan realitas bagi setiap orang.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
Di media sosial, kita hanya melihat konten sesuai minat kita.
Algoritma memilih informasi yang cocok dengan pandangan kita.
Sehingga, kita terjebak dalam ruang gema, di mana hanya suara yang serupa yang terdengar.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
Ruang gema ini memecah kesatuan nasionalisme.
Kita tidak lagi memiliki satu pandangan kebangsaan yang sama.
Kini, identitas kebangsaan kita terpecah dalam warna yang berbeda-beda. Nasionalisme kita menjadi personal, bergantung pada konten yang kita lihat.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness
Algoritma menjadi pengarah, menciptakan perbedaan yang tak terlihat, tetapi terasa.