Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 18 November 2024 10:45 WIB

To Kill a Mockingbird memicu diskusi nasional tentang rasisme dan ketidakadilan sosial, terutama di era gerakan hak-hak sipil Amerika Serikat pada 1960-an.
Novel ini digunakan di sekolah-sekolah untuk mengajarkan toleransi dan keadilan. Meski tidak secara langsung mengubah hukum, buku ini memengaruhi cara masyarakat melihat isu diskriminasi. Ia membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung perubahan sosial.
Dua karya ini menunjukkan bagaimana tulisan dapat memengaruhi hidup bernegara. Esai dapat membentuk sistem politik yang mendasar, sementara fiksi bisa mengubah cara masyarakat memandang dan memahami isu-isu sosial yang kompleks.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Neuroscience, Samudra Spiritualitas Berakar di Saraf Manusia
-000-
Retreat para penulis tidak hanya tentang menulis, tetapi juga tentang menyatukan gagasan. Diinisiasi oleh pengurus Satupena 2024 dan bekerja sama dengan Okky Madasari, acara ini membawa para penulis dari berbagai daerah ke satu tempat.
Di sana, mereka berbagi keresahan, ide, dan inspirasi. Setiap suara memiliki tempat.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Renungan dari Oxford University hingga Makam Karl Marx
Mengapa berkumpul untuk menulis bersama juga penting?
Itu karena menulis adalah tindakan kolektif sekaligus personal. Dalam kesendirian, seorang penulis menggali kedalaman pikirannya. Tetapi dalam dialog, gagasan menemukan bentuk yang lebih utuh.
Retreat ini adalah ruang untuk menggabungkan keduanya, yaitu keheningan pribadi dan percakapan kolektif. Itu dapat menghasilkan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga relevan.
“Tanpa jeda, lautan pikiran akan tetap bergelombang. Retreat adalah dermaga; tempat penulis berlabuh, mengendapkan badai ide, dan kembali ke samudra dengan arah yang lebih jelas.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Lima Prinsip Hidup Bahagia dan Bermakna
Jakarta, 18 November 2024