DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah

image
Ilustrasi. (Entertainmentabc.com)

Di rumah kayu di Amsterdam,
Multatuli menggenggam pena.
Ia mendengar suara-suara
yang tak pernah sampai ke istana.


Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Ia menulis Max Havelaar,
novel tentang petani dan penindasan.
Suara itu menggema hingga istana.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 180 Kreator Milenial dan Gen Z, dari Aceh hingga Papua, Bersaksi Melalui Puisi Esai

Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Elit Belanda membacanya dengan dada terbakar.
“Apakah ini yang kita banggakan?”

Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai

Politik etis lahir dari pena itu.
Sekolah-sekolah berdiri,
para pribumi belajar huruf dan kata.
Dari huruf itu mereka merangkai suara,
dari suara itu mereka mencipta obor,
dari obor itu mereka menerangi jalan,
menuju kemerdekaan.

Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.

Seperti gunung menyembunyikan kawah,
seperti sungai menyembunyikan deras,
tulisan membuka yang terkubur.
Kisah yang tersimpan ratusan tahun,
akhirnya memecah batu-batu kesunyian.

Baca Juga: Profil Suahasil Nazara Jabat Wakil Menteri Keuangan di Kabinet Merah Putih, Ini Rekam Jejaknya

Di ruangan ini, kita berkumpul.
Dari Aceh hingga Papua,
dari Asia Tenggara hingga Kairo.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait