Profil Helvi Yuni Moraza, Presiden Prabowo Tunjuk Jadi Wamen UMKM, Ini Tantangan Berat yang Harus Mereka Hadapi
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 03 Desember 2024 10:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Berikut Profil Helvi Yuni 29 Oktober lalu Presiden Prabowo Subianto baru saja mengumumkan Helvi Yuni Moraza sebagai Wakil Menteri UMKM di Kabinet Merah Putih.
Yuk lebih kenal dengan Profil Helvi Yuni yang lebih akrab disapa Helvi yang akan mendampingi Maman Abdurrahman, yang ditunjuk sebagai Menteri UMKM dalam kabinet terbaru.
Dari Profil Helvi Yuni beredar di media sosial sebelumnya, ia menjabat sebagai Komisaris Independen di PT Len Industri (Persero), salah satu BUMN yang bergerak di bidang elektronik pertahanan.
Helvi dilantik sebagai komisaris pada 2021 oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Selain itu, Helvi juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal DPP Gerindra untuk Koordinator Wilayah Kabupaten Tangerang.
Dari segi pendidikan, ia adalah lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Andalas pada 1991.
Ia pernah menjadi redaktur Majalah Tani Merdeka sejak 2010, senior associate di FAS Law Firm sejak 2014, dan Direktur Pemasaran Majalah Seni Kreatif di Badan Kerja Sama Kesenian Indonesia (BKKI) pada 1999-2002.
Tantangan Berat UMKM: Dari Modal hingga Digitalisasi
Bersama Maman Abdurrahman, Helvi harus menghadapi tantangan besar dalam memajukan UMKM Indonesia.
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 65 juta UMKM yang menyerap 97% tenaga kerja.
Namun, masalah besar seperti keterbatasan modal masih menghantui.
Dari data yang ada, 32 juta UMKM belum bisa mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan formal.
Hal ini disebabkan oleh syarat kolateral dan riwayat kredit yang ketat dari perbankan.
Tak hanya soal modal, digitalisasi juga menjadi tantangan besar.
Banyak pelaku UMKM yang belum memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usahanya.
Padahal, digitalisasi bisa membuka peluang baru, termasuk memperluas pasar hingga ke luar negeri.
Saat ini, baru 15,7% UMKM yang mampu menembus pasar ekspor.
Angka ini tentu masih jauh dari harapan, mengingat potensi besar yang dimiliki UMKM Indonesia.
Selain itu, kapasitas SDM juga menjadi perhatian. Banyak pelaku UMKM yang belum memiliki pengetahuan cukup dalam inovasi, riset, dan adaptasi teknologi.
Tantangan lainnya adalah membatasi arus masuk produk impor murah yang semakin deras.
Produk-produk ini sering kali menguasai pasar lokal, membuat UMKM Indonesia kalah bersaing.
Untuk itu, Helvi dan Maman perlu mengambil langkah konkret.
Salah satu caranya adalah dengan memperkuat koordinasi antar kementerian dan menyusun kebijakan yang berpihak pada UMKM.
Pemerintahan baru dituntut untuk melindungi industri dalam negeri.
Intervensi teknologi, peningkatan akses pembiayaan, hingga proteksi pasar lokal adalah beberapa langkah yang perlu diambil.
Bagi Helvi dan Maman, ini adalah momen untuk membuktikan bahwa UMKM Indonesia bisa lebih maju dan berdaya saing di kancah global.***