Puisi Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 23 Januari 2025 13:00 WIB
Buku ini membahas bagaimana cinta dan iman sering kali bertemu pada persimpangan yang sulit.
Pesan utama buku kumpulan puisi esai ini adalah iman sejati terletak pada cinta yang menghormati kebebasan spiritual dan keberanian menerima perbedaan.
Di samping puisi esai yang sudah dikutip di atas, dua puisi esai Ahmadie Thaha berikutnya juga memberi kita jeda untuk merenung.
Puisi esai “Beragama Bukan Sekadar Tanda” mengisahkan Raimona, seorang pria yang merasa terjebak dalam formalitas agama di kartu identitasnya.
Ia bergulat dengan kegelisahan batin karena keyakinannya tidak sesuai dengan apa yang tertulis.
Ketika cintanya pada Maria, yang berbeda agama—terhalang aturan, ia memutuskan memperjuangkan kebebasan berkeyakinan melalui pengadilan.
Baca Juga: Obsesi Kesempurnaan: Pelajaran The Devil Wears Prada di West End London dalam Puisi Denny JA
Meski perjuangannya gagal, Raimona menemukan kekuatan dalam ketenangan batin dan keberanian untuk hidup jujur dengan dirinya sendiri.
Puisi ini menyoroti ketegangan antara formalitas agama, kebebasan spiritual, dan cinta.
“Di Medan, kembali Raimona merenung. Agama, pikirnya, adalah rumah. Tapi rumah tak bisa dipaksa dibangun, di atas tanah yang belum siap.”
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA : Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup
Siapapun di posisi Raimona bisa berkata: