Denny JA Terbitkan Buku Puisi Esai ke 6 tentang Sisi Gelap Sejarah Kemerdekaan
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 24 Juni 2024 12:53 WIB

Link Baca Jeritan Setelah Kebebasan
Di Maluku, konflik antara Kristen dan Muslim. Di Sampit, perselisihan berdarah antara suku Madura dan suku Dayak.
Di Lampung, konflik antara suku Lampung dan Bali. Di Jakarta terjadi amuk masa terhadap etnik Tionghoa. Sedangkan di Mataram, NTB, kasus pengungsian dari pemeluk agama Ahmadiyah.
Baca Juga: Hasil Survei LSI Denny JA Dijadikan Rujukan Pilkada NTB oleh Golkar
-000-
Denny J.A. membandingkan betapa berbeda konteks sosial ketika ia menerbitkan buku puisi esainya yang ke-6 tahun 2024 dibandingkan buku puisi esainya yang pertama, "Atas Nama Cinta,” (2012).
Ketika terbit buku puisi esainya yang pertama, beberapa tahun dari sana terjadi satu gelombang penolakan yang besar sekali. Ini terjadi setelah terbit satu buku yang berjudul "33 Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sastra Indonesia.”
Dalam buku itu, Denny JA dimasukkan di sana sebagai satu dari 33 tokoh berpengaruh di dunia sastra. Denny JA tercatat ke dalam daftar karena ia membawa genre baru puisi esai.
Tapi sekarang, 12 tahun kemudian, ketika Denny J.A. menerbitkan buku puisi esainya yang ke-6, praktis tak ada lagi gelombang penolakan itu. Yang terjadi malah sebaliknya.
Sekarang ini bahkan terjadi festival puisi esai tingkat ASEAN di Malaysia yang dibiayai sepenuhnya oleh kerajaan Malaysia di Sabah. Pada tahun 2024, Festival Puisi Esai ASEAN itu sudah berulang yang ketiga.
Baca Juga: 4 Lukisan Denny JA Artificial Intelligence The Harmony of Religions
Di Indonesia pun sudah muncul komunitas puisi esai se-Indonesia. Juga sudah hadir pula pertemuan festival puisi esai setiap tahun. Itu dimulai di Jakarta 2023 di Taman Ismail Marzuki.