Rahasia Tradisi Azan Pitu Cirebon Ritual Unik untuk Melawan Gangguan Ghaib
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 10 September 2024 04:59 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Cirebon memiliki banyak sekali adat kebudayaan yang dihasilkan dari penggabungan antara unsur kebudayaan dan keagamaan salah satunya adalah tradisi Azan Pitu.
Tradisi Azan Pitu merupakan sebuah ritual keagamaan yang dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa setiap hari Jumat.
Adapun penamaan dari tradisi Azan Pitu ini berasal dari bahasa Cirebon yaitu kata Azan yang berarti panggilan untuk salat, dan Pitu yang berarti tujuh.
Baca Juga: Rebo Wekasan: Mengintip Ritual dan Tradisi yang Dilestarikan Masyarakat Jawa
Pada dasarnya, adat ini melibatkan tujuh muadzin yang secara bersamaan melantunkan azan untuk panggilan sholat Jumat.
Adanya tradisi ini sering dikaitkan dengan masa Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Menurut keterangan warga setempat, Azan Pitu dimulai sebagai bentuk ikhtiar spiritual untuk melawan gangguan ghaib yang pada saat itu sering mengganggu prosesi pelantunan azan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa tersebut.
Baca Juga: Kapan Rebo Wekasan di Bulan Safar 2024? Catat Tanggalnya dan Makna Dalam Tradisi Jawa
Diceritakan bahwa saat pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati dan dibantu oleh para wali lainnya seringkali terjadi gangguan misterius yang menyebabkan azan tidak terdengar jelas oleh jamaah.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diputuskan agar tujuh orang muazin untuk mengumandangkan azan secara bersamaan sehingga suara azan terdengar lebih keras dan mengatasi gangguan tersebut.
Maka sejak saat itu, tradisi ini terus dilestarikan hingga saat ini dan menjadi salah satu ciri khas Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Baca Juga: Upacara Ngarot, Budaya Unik dari Desa Lelea yang hanya Diikuti Perawan dan Perjaka
Hal ini hanya dilakukan pada prosesi shalat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Adapun pelaksanaannya sangatlah berbeda dari pelaksanaan azan pada umumnya.
Sebelum shalat Jumat dimulai, tujuh muadzin yang sudah dipilih berkumpul di ruang khusus di dalam masjid.
Baca Juga: Transformers One menceritakan Apa? Simak Sinopsisnya Lengkap dengan Jadwal Tayang Bioskop Indonesia
Kemudian mereka melantunkan azan dengan serempak yang menciptakan harmoni menggema di seluruh masjid dan sekitarnya.
Namun, tidak sembarang orang yang bisa menjadi bagian dari pelaksanaannya
Para muadzin yang terpilih harus memenuhi syarat tertentu baik dari segi keahlian melantunkan azan maupun dari sisi spiritual mereka terhadap kedekatan dengan masjid.
Baca Juga: Sinopsis Transformers One Rahasia Gelap Asal Mula Perang Optimus Prime vs Megatron
Sebelum itu, ketujuh orang tersebut juga melakukan doa bersama untuk memohon kelancaran dan keberkahan dalam melaksanakan tugas suci tersebut.
Kesimpulannya, Azan Pitu bukan hanya sekedar tradisi keagamaan tetapi juga memiliki makna kehidupan yang mendalam.
Tradisi ini menggambarkan bagaimana konsep kebersamaan dan persatuan dalam Islam ditunjukkan dengan tujuh muadzin yang melambangkan kekuatan dalam melawan gangguan baik raga maupun jiwa.
Baca Juga: Bung Karno Dihapuskan dari Tuduhan PKI, TAP MPR Nomor 33 Tahun 1967 Resmi Dicabut, Apa Artinya Ini?
Selain itu, tradisi ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dengan adaptasi terhadap kepercayaan lokal yang dilakukan dengan bijaksana untuk memastikan ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Disamping itu, tradisi ini juga menjadi simbol pelestarian warisan budaya leluhur yang terus dipelihara hingga generasi sekarang.
Meskipun zaman telah berubah, masyarakat Cirebon tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para pendahulu yang telah berjasa besar dalam menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai Islam di tanah Jawa.
Melalui tradisi ini, terlihat betapa indahnya perpaduan antara budaya lokal dan ajaran Islam yang mencerminkan identitas khas Cirebon sebagai penuh budaya dan sejarah keagamaan.***
Penulis: Atthoriq Aziz