Masalah Tidur pada Lansia Dapat Tingkatkan Risiko Demensia
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 10 November 2024 19:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Neurology menunjukkan adanya hubungan antara masalah tidur pada orang lanjut usia dan risiko demensia.
Menurut studi yang dikutip oleh Web MD pada Jum'at, 08 November, lansia yang sering merasa mengantuk di siang hari dan kurang bersemangat dalam melakukan aktivitas harian berisiko mengalami sindrom risiko kognitif motorik (Motoric Cognitive Risk/MCR), sebuah kondisi yang bisa menjadi faktor risiko demensia.
Sindrom MCR ini umumnya dialami oleh orang yang memiliki keluhan kognitif serta berjalan lebih lambat, meskipun belum terdiagnosis gangguan berjalan atau demensia.
Baca Juga: Diabetes Sebelum Usia 40 Tahun Bisa Lipatgandakan Risiko Kematian Dini
Untuk memahami kaitan antara masalah tidur dan risiko demensia, para peneliti mengikuti 445 lansia dengan rata-rata usia 76 tahun yang tidak menunjukkan tanda-tanda di awal penelitian.
Para peserta diminta mengisi kuesioner tentang pola tidur, termasuk apakah mereka susah tertidur, sering terbangun di malam hari, atau perlu obat tidur.
Para peneliti juga menilai kantuk pada siang hari dan tingkat antusiasme para peserta terhadap aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi, makan, atau berinteraksi sosial.
Baca Juga: 9 Pantangan Wajib Hindari Bagi Penderita Gula Darah Tinggi
Selain itu, kecepatan berjalan peserta diukur setiap tahun dengan treadmill selama rata-rata tiga tahun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 35,5 persen lansia yang sering mengantuk di siang hari dan kurang bersemangat mengalami sindrom MCR, dibandingkan dengan 6,7 persen yang tidak memiliki kondisi tersebut.
Setelah menyesuaikan faktor-faktor seperti usia dan depresi, ditemukan bahwa lansia dengan kantuk berlebih di siang hari dan rendahnya antusiasme berisiko tiga kali lebih besar mengalami sindrom MCR.
Baca Juga: 10 Makanan Tinggi Protein yang Bantu Turunkan Berat Badan dengan Cepat
"Penelitian ini menekankan pentingnya skrining untuk masalah tidur," kata Victoire Leroy, MD, PhD., dari Albert Einstein College of Medicine di New York, penulis studi tersebut.
"Ada potensi untuk membantu mengatasi masalah tidur dan mencegah penurunan kognitif di masa depan," tambahnya.
Meskipun studi ini menemukan adanya hubungan, para peneliti menyatakan bahwa masalah tidur tidak terbukti sebagai penyebab sindrom MCR.
Leroy menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme yang menghubungkan gangguan tidur dengan penurunan kognitif.***