DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Hati-Hati, Pola Asuh Strawberry Parents Bisa Membuat Anak Jadi Generasi Rapuh

image
Ilustrasi parenting (Pexels/Fernanda De Freitas)

ENTERTAINMENTABC.COM - Mengasuh anak memang penuh tantangan.

Setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk membimbing anak mereka.

Namun, tahukah kamu bahwa pola asuh yang terlalu lembut atau memanjakan anak secara berlebihan, dikenal sebagai strawberry parents, bisa berdampak buruk pada masa depan anak?

Baca Juga: Kenali Dampak Pilih Kasih Orang Tua: Mengapa Anak Bisa Merasa Tidak Dicintai?

Istilah strawberry parents ini semakin populer karena dikaitkan dengan generasi strawberry, istilah yang berasal dari Taiwan untuk menggambarkan generasi yang kreatif tetapi mudah rapuh seperti buah stroberi.

Lalu, apa sebenarnya ciri-ciri dan dampak dari pola asuh ini?

Pola pengasuhan strawberry parents adalah gaya yang penuh perhatian dan kasih sayang, tetapi cenderung memanjakan anak secara berlebihan.

Baca Juga: Dokter Gizi Bongkar Bahaya Kental Manis, Jangan Biarkan Anak Anda Terjebak Gula Sejak Dini

Orang tua dalam kategori ini sering kali melindungi anak dari berbagai tantangan hidup hingga anak tumbuh tanpa pengalaman menghadapi kesulitan.

Pola asuh ini bertujuan baik, tetapi jika diterapkan tanpa batasan yang jelas, justru bisa membuat anak kesulitan menghadapi realitas.

Mereka mungkin merasa semua keinginan mereka harus terpenuhi tanpa usaha yang berarti.

Baca Juga: Rahasia Pentingnya Anak TK Belajar Matematika, Fondasi Masa Depan Dimulai di Sini

Dampak Pola Asuh Ini:

1. Anak Sulit Beradaptasi

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini sering kali kesulitan beradaptasi dengan perubahan atau tantangan.

Hal ini terjadi karena mereka terbiasa dengan kenyamanan tanpa batas dan jarang menghadapi tekanan.

Menurut Prof. Rhenald Kasali, generasi ini sering tumbuh dengan ide-ide kreatif, tetapi mudah menyerah dan terlalu sensitif terhadap kritik.

Pola hidup yang terlalu terlindungi membuat mereka kurang terlatih untuk menghadapi stres dan cenderung bergantung pada orang lain.

2. Kehilangan Kemampuan Mengatasi Masalah

Karena jarang diberi aturan atau hukuman, anak-anak ini tidak terbiasa menghadapi konsekuensi.

Akibatnya, mereka tumbuh menjadi individu yang sulit mengatasi masalah dan kurang tangguh saat menghadapi situasi sulit.

3. Kecenderungan Materialistis

Orang tua yang sibuk sering menggantikan waktu kebersamaan dengan anak menggunakan hadiah atau uang.

Meskipun terlihat praktis, hal ini justru mengirimkan pesan yang salah.

Anak mungkin berpikir bahwa kasih sayang orang tua hanya diukur dari materi, bukan perhatian dan kebersamaan.

Ciri-cirinya:

1. Selalu Memenuhi Keinginan Anak

Pola asuh ini sering kali memenuhi semua keinginan anak tanpa mempertimbangkan apakah itu kebutuhan atau bukan.

Hal ini membuat anak tumbuh dengan pola pikir bahwa segalanya bisa didapatkan dengan mudah.

2. Tidak Memberikan Hukuman yang Tepat

Hukuman bukan berarti kekerasan.

Memberikan konsekuensi yang sesuai untuk tindakan anak membantu mereka belajar tanggung jawab.

Jika orang tua terus menerus menghindari memberikan batasan, anak akan merasa bahwa semua tindakannya benar.

3. Mengganti Waktu dengan Materi

Menghabiskan waktu bersama anak adalah investasi terbaik untuk membangun hubungan yang kuat.

Sayangnya, banyak orang tua mengganti waktu tersebut dengan hadiah yang justru mengajarkan anak bahwa materi lebih penting daripada kedekatan emosional.

Bagaimana Menghindari Pola Asuh Ini?

Pola asuh yang seimbang adalah kunci.

Orang tua perlu mendukung anak dengan penuh kasih sayang tetapi tetap memberikan batasan.

Ajarkan anak untuk memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Selain itu, jangan ragu memberikan konsekuensi yang mendidik agar anak belajar bertanggung jawab.

Generasi yang kuat dan tangguh lahir dari pola asuh yang penuh cinta tetapi tetap realistis.***

Berita Terkait