Mengungkap Mitos Tuyul dan Babi Ngepet, Rahasia Kekayaan Instan di Balik Budaya Indonesia
- Penulis : Mila Karmila
- Jumat, 13 Desember 2024 14:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Pernah mendengar kisah tuyul dan babi ngepet yang bisa bikin kaya mendadak?
Mitos tuyul dan babi ngepet ini bukan sekadar cerita mistis, tapi juga cermin dari dinamika sosial yang pernah terjadi di Indonesia.
Yuk, kita telusuri asal-usul dan fakta menarik di balik kepercayaan tuyul dan babi ngepet ini.
Baca Juga: Gen Z Hati-Hati! Inilah Kesalahan Fatal yang Bisa Menguras Dompetmu di Era Digital
Kepercayaan terhadap dua makhluk ini sudah lama mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia.
Kedua makhluk ini dipercaya mampu mencuri uang atas perintah tuannya, memberikan kekayaan instan yang menjadi impian banyak orang.
Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa makhluk ini hanya mencuri uang dari rumah ke rumah, bukan dari bank yang menyimpan banyak uang?
Baca Juga: Money Dysmorphia Sindrom Keuangan yang Menghantui Gen Z dan Milenial, Kamu Termasuk?
Jawaban atas pertanyaan ini biasanya dikaitkan dengan unsur mistis.
Meskipun menarik untuk dibahas, mitos ini sering kali lebih mencerminkan realitas sosial di masa lalu.
Menurut budayawan Suwardi Endraswara dalam buku Dunia Hantu Orang Jawa (2004), kepercayaan pada makhluk gaib seperti dua makhluk ini berakar pada pandangan mistis masyarakat Jawa.
Baca Juga: Kenapa Tuyul dan Babi Ngepet Tidak Mencuri di Bank? Ternyata Ini Alasannya
Namun, fenomena ini juga bisa dijelaskan melalui konteks sosial.
Pada akhir abad ke-19, liberalisasi ekonomi yang dimulai tahun 1870 membawa perubahan besar.
Seperti dijelaskan oleh Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012), banyak petani kecil kehilangan lahan akibat ekspansi perkebunan besar milik kolonial.
Di sisi lain, muncul kelompok orang kaya baru, terutama pedagang pribumi dan Tionghoa.
Kecepatan mereka mengumpulkan kekayaan sering kali membingungkan masyarakat petani yang hidup dalam kemiskinan.
Karena tidak memahami sumber kekayaan ini, masyarakat mencari penjelasan melalui kepercayaan mistis, menciptakan tuduhan bahwa kekayaan tersebut berasal dari bantuan dua makhluk ini.
Antropolog terkenal Clifford Geertz dalam The Religion of Java (1976) juga mencatat bahwa fenomena tuyul sering dikaitkan dengan praktik spiritual.
Beberapa orang mengaku memelihara makhluk ini dengan melakukan ritual di tempat-tempat keramat.
Menariknya, mereka yang dituduh memelihara makhluk ini biasanya menunjukkan gaya hidup sederhana dan kikir, seolah ingin mengelabui orang lain tentang kekayaan mereka.
Ong Hok Ham dalam bukunya Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong (2002) menyebutkan bahwa tuduhan memelihara makhluk gaib seperti makhluk ini sering digunakan untuk menjatuhkan status sosial pengusaha sukses.
Ini menunjukkan bahwa mitos ini lebih sebagai alat sosial daripada fenomena nyata.
Meskipun sulit membuktikan keberadaan dua makhluk ini, mitos ini tetap menarik untuk ditelusuri.
Di satu sisi, ia melambangkan kecemburuan sosial, di sisi lain, menjadi bagian dari warisan budaya yang terus hidup di masyarakat.***