Kritik Pedas Gus Miftah Pakai Kata Kasar, Benarkah Pantas Jadi Pendakwah?
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 16 Desember 2024 15:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Nama Gus Miftah kembali menjadi sorotan.
Kali ini, ucapan Gus Miftah yang menggunakan kata kasar saat menyinggung keturunan Kiai Ageng Muhammad Besari menuai kritik pedas di media sosial.
Pernyataan Gus Miftah memicu kontroversi, terutama karena dianggap kurang pantas keluar dari seorang pendakwah.
Baca Juga: Gus Miftah Klaim Keturunan Raja dan Ulama Besar, Keluarga Ponorogo Angkat Bicara
Dalam sebuah acara pengajian yang tayang di YouTube, ia mengungkapkan kekesalannya kepada pihak-pihak yang mengaku sebagai keturunan Kiai Ageng Muhammad Besari tetapi dinilai tidak bertanggung jawab.
“Aku itu sebel orang pada ngaku-ngaku cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi kalau ada acara, modal aja enggak mau,” ucapnya.
Menurutnya, banyak orang hanya berbangga sebagai keturunan ulama besar, tetapi lupa menunjukkan kontribusi nyata, seperti membantu merawat makam sang kiai.
Baca Juga: Gus Miftah Doakan Anak Jadi Copet, Respons Jamaah Bikin Heboh
Ia bahkan menyampaikan kritik langsung kepada mereka yang ia sebut hanya “rebutan gelar keturunan” tanpa memedulikan kondisi makam Kiai Ageng Muhammad Besari.
“Semuanya rebutan merasa cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi enggak mau merawat makamnya,” sindirnya dengan nada kesal.
Kritikan itu memuncak saat ia menggunakan kata kasar untuk menegaskan pendapatnya.
Baca Juga: Publik Geram hingga Bongkar Tarif Ceramah Fantastis, Usai Viral Gus Miftah Hina Pedagang Es Teh
“Bikin proposal ke sana-sini tapi hasilnya nggak buat makam. Yang modelnya kayak gitu, j****k banget,” lanjutnya dengan emosi.
Ucapannya langsung menjadi perbincangan hangat di platform X (Twitter).
Banyak warganet yang menilai bahasanya tidak mencerminkan sosok pendakwah yang seharusnya menjadi panutan.
“Penceramah tapi yang keluar malah umpatan. Apa pantas memberikan wejangan?” kritik salah satu netizen.
Namun, ada juga yang mendukungnya, menyebut bahwa Gus Miftah ingin menyampaikan kejujuran dengan caranya sendiri.
“Dia cuma kesal sama orang yang nggak bertanggung jawab. Setidaknya dia masih mau bantu tanpa pamrih,” bela salah satu penggemar.
Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa publik figur, khususnya pendakwah, harus lebih berhati-hati dalam menggunakan kata-kata, terutama di depan umum.
Meskipun niatnya baik, cara penyampaian yang kurang tepat dapat mencoreng pesan positif yang ingin disampaikan.***