Apakah Nabi Itu Terbatas? Perspektif Denny JA yang Menggugah Pemikiran tentang Sains, Agama, dan Kehidupan Modern
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 21 Januari 2025 10:00 WIB
Jika demikian, saintis dan inovator iptek juga bisa disebut nabi karena mereka membawa "wahyu" yang mencerahkan dunia.
Jadi, nabi bukan hanya Sidharta Gautama, Ibrahim, Isa, Muhammad, atau tokoh spiritual lainnya.
Newton, Einstein, Tesla, dan ilmuwan lainnya juga bisa kita anggap sebagai nabi yang membawa pencerahan di bidang sains.
Baca Juga: Denny JA Sang Inspirator Keberagaman dari Seni hingga AI, yang Membuat Dunia Terkagum-Kagum
Di era modern ini, manusia yang berpikir untuk menciptakan perdamaian global terus bermunculan.
Mereka menafsirkan kitab-kitab suci seperti Al-Quran, Injil, Taurat, Veda, hingga kitab animisme, dengan sudut pandang yang lebih relevan terhadap isu lingkungan dan perdamaian dunia.
James Lovelock, ilmuwan lingkungan asal Inggris, dalam bukunya Gaia: A New Look at Life on Earth (1979), mengatakan bahwa animisme lebih baik daripada monoteisme dalam menjaga kelestarian bumi.
Baca Juga: Profil Leean, Member Muda Berbakat dari Girl Group Baru Hearts2Hearts SM Entertainment
Animisme percaya bahwa setiap entitas, hidup atau mati, memiliki jiwa. Oleh karena itu, manusia tidak boleh mengeksploitasi alam seenaknya.
Sebaliknya, agama monoteisme sering memandang manusia sebagai makhluk paling mulia, yang justru memicu eksploitasi alam secara besar-besaran.
Kini, sakralitas kitab suci pun perlu ditinjau ulang. Menurut Kumaila Hakimah, seorang hafizah asal Sukabumi yang menguasai Al-Quran sejak usia 10 tahun, banyak ayat suci yang kini terasa tidak relevan dengan zaman.
Dalam podcast Forbidden Question, ia mengungkapkan bahwa tafsir ayat-ayat suci harus sesuai dengan konteks modern agar tidak bertentangan dengan kemajuan zaman.