Mengenal Tradisi Muludan di Cirebon, Pelestarian Warisan Budaya Leluhur dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 10 September 2024 06:03 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Cirebon memiliki sebuah adat budaya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu tradisi Muludan.
Tradisi Muludan diketahui sudah ada sejak masa Kesultanan Cirebon pada abad ke-15 yang diperkenalkan oleh salah satu dari Wali Songo yaitu Sunan Gunung Jati.
Sehubungan dengan itu, tradisi muludan yang dilakukan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya menjadi sebuah ritual keagamaan melainkan wujud penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan sosial yang diwariskan turun-temurun.
Baca Juga: Simak Penjelasan Rebo Wekasan dan Pandangannya Menurut Agama Islam
Sebagai informasi, kata Muludan sendiri berasal dari kata Maulid dalam bahasa Arab yang berarti kelahiran dan diperjelas sebagai kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Makna dari adanya perayaan ini tidak hanya sebatas mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW tetapi juga sebagai momen pengingat bagi umat Islam untuk meneladani akhlak dan perjuangan beliau.
Selanjutnya, perayaan Muludan menjadi sarana warga untuk menjalin hubungan silaturahmi antar warga serta melestarikan tradisi lokal yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan.
Baca Juga: Upacara Ngarot, Budaya Unik dari Desa Lelea yang hanya Diikuti Perawan dan Perjaka
Perayaan Muludan di Cirebon selalu berlangsung meriah dan penuh warna dengan disertai kegiatan Panjang Jimat yang merupakan puncak dari rangkaian acara Maulid.
Panjang Jimat adalah sebuah prosesi arak-arakan benda-benda pusaka milik keraton seperti Keris, Tombak, dan Jimat yang diarak dari Keraton Kasepuhan menuju Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Bersamaan dengan itu, prosesi ini diiringi oleh lantunan shalawat dan diikuti oleh para abdi dalem serta masyarakat Cirebon yang berbaris rapi mengikuti acara dengan penuh rasa khidmat.
Baca Juga: Ini Dia Kopi Nusantara yang Terkenal di Mancanegara dengan Citra Rasa yang Unik
Sementara itu, acara lain yang menjadi bagian penting dari perayaan Muludan adalah Grebeg Maulud yang merupakan sebuah festival rakyat dengan berbagai pertunjukan kesenian dan budaya.
Pada dasarnya, Grebeg Maulud biasanya diisi dengan pertunjukan wayang kulit, gamelan, tarian tradisional, serta pasar malam yang menghadirkan beragam kuliner khas Cirebon.
Adapun salah satu makanan khas yang selalu hadir dalam Muludan adalah nasi jamblang dan empal gentong yang menjadi sajian favorit masyarakat setempat maupun para wisatawan yang hadir dalam festival ini.
Tradisi Muludan tidak hanya mengandung nilai-nilai budaya tetapi juga penuh dengan pesan sosial dan spiritual.
Dengan kata lain, perayaan Muludan menjadi wadah untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan sosial di kalangan masyarakat Cirebon.
Melalui tradisi ini, generasi muda juga diajarkan untuk menghormati dan melestarikan warisan leluhur serta memahami pentingnya akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal spiritual, Muludan menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW dengan lantunan salawat dan doa yang mengiringi seluruh rangkaian acara mencerminkan harapan agar masyarakat senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat-Nya.***
Penulis: Atthoriq Aziz