DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Kesibukan Bisa Jadi Kunci Mengurangi Gejala ADHD pada Remaja, Begini Penjelasannya

image
Ilustrasi gejala ADHD (Pexels/Yan Krukau)

ENTERTAINMENTABC.COM - Memiliki kesibukan ternyata bisa membantu mengurangi tingkat keparahan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Gangguan mental yang sering membuat pengidapnya sulit fokus dan hiperaktif ini justru bisa lebih terkendali saat mereka memiliki rutinitas dan tanggung jawab yang jelas.

Menurut laporan dari Channel News Asia, penelitian terbaru menemukan bahwa rutinitas terstruktur memberikan dampak positif pada remaja dengan ADHD.

Baca Juga: Mengapa Begadang Merugikan? Efek Kesehatan Fisik dan Mental dari Kurang Tidur di Kalangan Remaja

Bahkan, saat gejalanya mulai berkurang, mereka lebih mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.

“Orang dengan ADHD sering kali lebih produktif ketika ada tekanan atau tenggat waktu yang mendesak,” jelas Margaret Sibley, profesor psikiatri dari Universitas Washington di Seattle, AS.

Ia adalah pemimpin penelitian ini yang hasilnya telah dipublikasikan di Journal of Clinical Psychiatry pada Oktober lalu.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 5 Waktu Terbaik Jalan Kaki Supaya Tubuh Fit dan Bebas Stres

Penelitian ini melibatkan 483 peserta dari Amerika Serikat dan Kanada dengan kombinasi gejala ADHD yang meliputi gangguan perhatian dan impulsif-hiperaktif.

Para peserta diikuti selama 16 tahun, dimulai dari usia rata-rata delapan tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 75% peserta mengalami fluktuasi gejala sejak usia 12 tahun.

Baca Juga: Aktor Park Seo Joon Bagikan Tips Olahraga : Jadikan Hidup Sehat Demi Kesehatan Mental

Fluktuasi ini bahkan mencakup remisi sebagian atau total, terutama saat mereka memiliki aktivitas penuh, seperti sekolah, bekerja, atau memiliki tanggung jawab finansial.

“Gejala ADHD lebih mungkin membaik di masa-masa penuh tantangan, seperti bekerja penuh waktu, membesarkan anak, atau hidup mandiri,” ujar Sibley.

Namun, Dr. Craig Surman, direktur program klinis gejala ini di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mengingatkan bahwa kesibukan tidak selalu menjadi solusi bagi semua orang dengan gejala ini.

Menurutnya, keberhasilan ini tergantung pada kemampuan individu dan apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan kekuatan mereka.

Sementara itu, psikolog klinis Douglas Tynan menambahkan bahwa pengidap gejala ini sering kesulitan dengan tugas monoton seperti pekerjaan rumah.

Oleh karena itu, strategi seperti membuat daftar tugas dan membangun sistem yang terorganisir sangat diperlukan.

Hal ini membantu mereka lebih mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa kehilangan fokus.

Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah pencatatan “tuntutan lingkungan” peserta yang dilakukan setiap dua tahun sekali.

Metode ini dinilai kurang rinci karena perubahan aktivitas bisa terjadi lebih cepat.

Namun, temuan ini tetap memberikan harapan.

Rutinitas dan kesibukan dapat menjadi salah satu cara membantu remaja dengan gejala ini mengelola gejala mereka.

Dengan strategi yang tepat, gejala ini bisa lebih terkendali, bahkan berkurang secara signifikan.

Memiliki rutinitas yang teratur dan aktivitas yang terarah bukan hanya membantu mengelola gejala ini, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.***

Berita Terkait