Kenapa Tuyul dan Babi Ngepet Nggak Pernah Curi Uang di Bank? Ini Jawabannya
- Penulis : Mila Karmila
- Sabtu, 14 Desember 2024 15:00 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Pernah dengar cerita tuyul atau babi ngepet yang katanya bisa bikin kaya secara instan?
Di Indonesia, kepercayaan cerita tuyul atau babi ngepet ini masih hidup sampai sekarang.
Dua makhluk halus ini, tuyul dan babi ngepet dipercaya bisa mencuri uang dari rumah ke rumah untuk "majikannya."
Baca Juga: Money Dysmorphia Sindrom Keuangan yang Menghantui Gen Z dan Milenial, Kamu Termasuk?
Tapi, pernah tidak kamu bertanya, kenapa mereka tidak mencuri uang di bank?
Menurut Budayawan Suwardi Endraswara dalam bukunya Dunia Hantu Orang Jawa (2004), cerita tentang dua makhluk ini sudah ada sejak lama, terutama dalam kepercayaan masyarakat Jawa.
Fenomena ini muncul dari kecemburuan sosial pada zaman dahulu, khususnya di kalangan petani kecil.
Baca Juga: Kenapa Tuyul dan Babi Ngepet Tidak Mencuri di Bank? Ternyata Ini Alasannya
Sejarah mencatat, liberalisasi ekonomi di era kolonial membuat para petani kehilangan kuasa atas lahan mereka.
Dalam buku Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012) karya Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks, disebutkan bahwa lahan-lahan rakyat diambil alih untuk dijadikan perkebunan besar dan pabrik gula.
Situasi ini memiskinkan petani kecil, sementara beberapa individu mendadak kaya karena terjun ke sektor perdagangan.
Baca Juga: Mengungkap Mitos Tuyul dan Babi Ngepet, Rahasia Kekayaan Instan di Balik Budaya Indonesia
Kesenjangan ekonomi ini memicu rasa iri.
Orang-orang yang berhasil secara finansial sering dituduh menggunakan "jalan haram," salah satunya dengan memelihara dua makhluk ini.
Ong Hok Ham dalam Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong (2002) menyebutkan, tuduhan seperti ini membuat pedagang dan pengusaha sukses kehilangan status sosialnya di masyarakat.
Kembali ke pertanyaan utama, kenapa mereka hanya mencuri dari rumah ke rumah, bukan di bank?
Jawaban ini biasanya dikaitkan dengan sisi mistis.
Tuyul dipercaya hanya bisa mencuri uang yang "fisiknya" sudah terlihat, seperti uang tunai di lemari atau dompet.
Sementara, uang di bank?
Itu cuma angka di sistem komputer tidak "kelihatan" untuk mereka.
Menurut Clifford Geertz dalam The Religion of Java (1976), orang yang dipercaya memelihara tuyul biasanya menunjukkan tanda-tanda tertentu, seperti:
- Mendadak kaya tanpa alasan jelas.
- Pelit, bahkan pada keluarganya sendiri.
- Sering memakai pakaian bekas dan hidup sederhana agar tidak mencolok.
- Berbaur dengan masyarakat miskin, seperti mandi di sungai bersama kuli.
- Memilih makan makanan sederhana seperti singkong dan jagung, bukan nasi.
Meski kisah dua makhluk ini terus dipercaya hingga kini, cerita ini tetap sulit dibuktikan secara ilmiah.
Budaya dan kepercayaan masyarakat menjadi alasan utama kenapa mitos ini terus hidup.
Pada akhirnya, cerita dua makhluk ini lebih banyak menggambarkan dinamika sosial pada masa lalu, khususnya ketimpangan ekonomi yang memicu prasangka dan rasa iri.***