Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 14 Januari 2025 09:29 WIB
Dalam puisi esai berjudul, “Gaduh di Malam Sunyi Itu,” Isbedy Stiawan ZS menggambarkan ketegangan sosial yang timbul akibat konflik tambang batubara di Way Kanan, Lampung.
Ini melibatkan benturan antara warga, aparat, dan perusahaan tambang. Melalui narasi penuh emosi dan refleksi, puisi ini mengkritik dampak destruktif eksploitasi sumber daya alam terhadap lingkungan, kehidupan sosial, dan moralitas manusia.
Pesannya adalah seruan untuk keadilan lingkungan dan solidaritas. Isbedy menyoroti bagaimana kerakusan manusia terhadap alam bisa menimbulkan konflik yang merusak nilai-nilai kemanusiaan.
“bagaikan luka tanah ini oleh penggalian tambang; dibiarkan menganga, menabung bencana sedikit demi sedikit. sampai bom waktu: Dorr!”
Sedangkan pada puisi esai “Wadas, Apakah Kita Satu Tanah Air?” Isbedy mengekspresikan suara perlawanan warga Desa Wadas terhadap ketidakadilan, eksploitasi tanah, dan kekerasan aparat.
Melalui narasi reflektif dan protes, puisi ini mengkritik keras bagaimana pemerintah dan pemegang kekuasaan melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan, permusyawaratan, dan keseimbangan lingkungan demi proyek pembangunan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
Pesannya sederhana tetapi mendalam. Ini perjuangan atas tanah bukan hanya soal ekonomi, tetapi soal martabat, warisan, dan keberlanjutan hidup generasi mendatang.
“kami menolak tanah kami dibeli sebab tahu risikonya nanti 28 titik sumber mata air mati lalu, tetumbuhan akan kering dan lelayu”
Lain lagi dengan puisi esai: “Air Mata Duka di Lumbung Batubara.” Puisi ini adalah elegi terhadap ketidakadilan dan pengorbanan seorang guru, Ansah, yang berjuang melawan keserakahan pengusaha tambang batubara.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Memperkuat Isu Lingkungan Hidup Melalui Agama Leluhur
Ansah menjadi simbol perjuangan rakyat kecil yang terpinggirkan oleh kekuasaan dan kapitalisme. Pesan utamanya adalah pentingnya keberanian melawan kesewenang-wenangan demi keadilan sosial, meskipun perjuangan tersebut dapat berujung tragis.