Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 14 Januari 2025 09:29 WIB
Industri tambang telah bertransformasi, mengadopsi teknologi hijau dan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Banyak perusahaan tambang kini berkomitmen mengurangi emisi karbon, mereklamasi lahan pasca-tambang, dan melibatkan komunitas lokal dalam pembangunan berkelanjutan.
Sebagai contoh, banyak tambang kini menjadi pemain kunci dalam transisi global menuju energi terbarukan. Bahan baku ini esensial untuk baterai kendaraan listrik, yang berkontribusi pada pengurangan emisi global.
Beberapa perusahaan juga telah menjalankan praktik tambang berkelanjutan, seperti menggunakan teknologi limbah nol dan mendukung konservasi keanekaragaman hayati.
Pertambangan modern juga menciptakan lapangan kerja dan infrastruktur yang menopang ekonomi lokal. Dengan regulasi yang ketat dan kolaborasi dengan pemerintah, perusahaan tambang mampu menyeimbangkan kebutuhan pembangunan dan pelestarian lingkungan.
Dengan langkah-langkah proaktif, pertambangan dapat menjadi mitra strategis dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab ekologis, membuktikan bahwa industri ini mampu menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
Tapi tentu saja, mayoritas dunia tambang saat ini masih dengan wajah tradisionalnya, yang merusak lingkungan.
Untuk tambang yang masih gelap itu, melalui kata-kata, para penyair ini telah membuka mata dunia, mengingatkan kita bahwa eksploitasi tambang tidak hanya menggali kekayaan, tetapi juga menggali luka yang dalam di tubuh bumi dan manusia.
“Ketika bumi retak dan angin menangis, penyair hanya punya kata-kata untuk menganyam protes. Dari sajak-sajak itu, dunia belajar: luka pada tanah adalah luka pada kemanusiaan.”***
Baca Juga: Orasi Denny JA: Memperkuat Isu Lingkungan Hidup Melalui Agama Leluhur
Jakarta, 13 Januari 2025