Ziarah untuk Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa: Pengantar Buku Puisi Esai Jonminofri dari Denny JA
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 07 Juli 2024 11:19 WIB

Keseluruhan lima puisi esai yang panjang, semuanya soal drama di dunia wartawan. Jonminofri sendiri sejak awal memang menjadikan jurnalisme sebagai salah satu panggilan hidupnya.
Sesuai dengan pakem puisi esai, aneka kisah di puisi esai adalah true story. Ini kisah yang sebenarnya. Tapi dalam fakta itu dimasukkan kisah fiksi untuk dramatisasi.
Catatan kaki menjadi sentral di puisi esai. Ia menjadi wakil dari dunia faktual yang menjadi ibu kandung dan setting sosial puisi di atasnya.
Jonminofri termasuk generasi pertama puisi esai. Setahun sejak terbitnya buku puisi esai yang pertama “Atas Nama Cinta,” (2012), Jonminofri sudah aktif dalam gerakan puisi esai. Buku puisi esainya sudah disiapkan untuk terbit di tahun 2013-2014.
Karena satu dan lain hal, finalisasi buku puisi esai itu baru selesai di tahun 2024.
Sejak era sebelum Covid-19 hingga sekarang (2024), Jonminofri aktif dalam dua festival puisi esai tahunan.
Di Sabah Malaysia, dibiayai pemerintah setempat, berlangsung Festival Puisi Esai Tingkat ASEAN, yang di tahun 2024 ini sudah memasuki tahun ketiga.
Sedangkan di Indonesia, Festival Puisi Esai Nasional, di tahun 2024 memasuki tahun kedua.
Puisi esai dijadikan Jonminofri sebagai medium untuk juga mengabarkan sisi gelap dan unik dunia wartawan.
Kekerasan hingga pembunuhan wartawan itu memang isu penting untuk terus diberitakan. Isu ini bisa ditulis dalam bentuk makalah akademik, atau berita jurnalistik. Kedua bentuk tulisan itu harus setia pada fakta sebenarnya.