Mengenal Baayun Maulid,Tradisi Unik Masyarakat Suku Banjar dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
- Penulis : Mila Karmila
- Senin, 16 September 2024 08:49 WIB
ENTERTAINMENTABC.COM - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diwarnai dengan adanya tradisi unik dari Masyarakat Suku Banjar di Kalimantan Selatan yaitu Baayun Maulid.
Adapun Baayun Maulid diselenggarakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi Baayun Maulid telah berlangsung secara turun-temurun oleh masyarakat suku Banjar untuk mengungkapkan rasa syukur dan bahagia dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan melibatkan bayi atau anak-anak dalam pelaksanaannya
Tradisi ini masih dilaksanakan oleh masyarakat suku Banjar khususnya di desa Surian kabupaten Banjar dan desa Banua Halat Kiri di kabupaten Tapin.
Awal mula Nama Baayun Maulid berasal dari dua kata, yaitu baayun dan maulid.
Baayun merujuk pada aktivitas mengayun atau membuai yang merupakan suatu kegiatan untuk menenangkan bayi mereka atau membuatnya tidur dengan nyenyak.
Baca Juga: Tradisi Unik dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sudan Lebih dari sekedar Hari Libur
Sementara itu, kata maulid diambil dari bahasa Arab maulid yang mempunyai arti sebagai kelahiran dan ditujukan kepada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Secara harfiah Baayun Maulid berarti tradisi mengayun anak sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tradisi mengayun anak ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat Banjar sejak zaman leluhur mereka.
Akan tetapi, adanya pengaruh Islam yang masuk dan berkembang membuat tradisi ini mengalami akulturasi dengan ajaran Islam sehingga dikenal dengan nama Baayun Maulid.
Selain itu, pelaksanaan dari tradisi ini membutuhkan persiapan yang cukup matang.
Salah satu persiapan utama dalam tradisi ini adalah sebuah ayunan bagi bayi.
Ayunan tersebut biasanya terbuat dari tiga lapis kain dengan makna tersendiri dalam setiap lapisannya.
Lapisan pertama adalah kain sarigading atau sasirangan, sebuah kain tradisional khas Suku Banjar yang melambangkan pelestarian budaya dan warisan leluhur.
Lapis kedua adalah kain kuning yang melambangkan keagungan dan kejayaan sementara lapis ketiga adalah kain bahalai, sejenis sarung panjang tanpa sambungan.
Ditambah lagi,ayunan tersebut dihiasi dengan berbagai ornamen dari janur yang dibentuk menjadi berbagai macam rupa seperti burung-burungan, ular-ularan, ketupat bangsur, hingga hiasan berbentuk bunga.
Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa jenis kue khas masyarakat Banjar seperti cucur, cincin, pisang, dan nyiur juga digunakan sebagai bagian dari dekorasi.
Sementara itu, bagi orang tua yang bayinya akan mengikuti tradisi ini harus mempersiapkan piduduk yaitu sebuah wadah yang berisi beras, gula merah, kelapa, telur ayam, benang, jarum, garam, dan uang receh.
Disamping itu, Baayun Maulid biasanya dilaksanakan di masjid atau mushalla setempat diawali dengan pembacaan syair Maulid seperti Maulid Al Habsyi, Maulid Ad Diba'i, dan Maulid Al Barzanji.
Alasannya karena ketiga syair ini menggambarkan kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW serta pujian-pujian kepada beliau.
Setelah pembacaan ketiga syair Maulid tersebut, bayi-bayi dibawa ke tempat ayunannya kemudian diletakkan pada saat pembacaan Asyrakal dimulai.
Bagian uniknya adalah ketika sampai pada bagian pembacaan tertentu ayunan mulai digerakkan perlahan dengan menarik selendang yang diikatkan pada tempat bayi diletakkan sambil diiringi bacaan shalawat.
Setelah prosesi pengayunan selesai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Manakib Wali Allah dan ceramah agama.
Di akhir acara, para ulama dan tokoh masyarakat yang hadir akan memberikan tawari atau berkah kepada para bayi yang diayun dengan diiringi pembacaan Sholawat Badar.
Itulah tradisi unik dari masyarakat Banjar bernama Baayun Maulid sebagai salah satu perayaan dalam kelahiran nabi Muhammad SAW.
Dengan kata lain, Suku Banjar memadukan tradisi lokal dengan ajaran Islam untuk terus melestarikan keunikan budaya lokal yang mereka miliki.
Dengan terus melestarikan tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Banjar selalu menjaga nilai-nilai luhur dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.***
Penulis: Atthoriq Aziz