Membicarakan Lahirnya Angkatan Puisi Esai, Catatan Festival Puisi Esai Jakarta Ke 2 Tahun 2024
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 23 Januari 2025 16:00 WIB

Ia menegaskan bahwa genre ini memiliki estetika yang khas: narasi panjang, tema sosial yang kuat, dan penggunaan catatan kaki sebagai elemen integral.
Agus juga menekankan bagaimana Puisi Esai telah melampaui batas Indonesia, diterima di Malaysia, Brunei, dan Singapura, menjadikannya gerakan sastra pertama di Indonesia yang benar-benar transnasional.
Berthold, seorang akademisi dan pengamat sastra dari Jerman, awalnya skeptis terhadap genre ini.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
Namun, ia kemudian mengakui kekuatan inovatif Puisi Esai.
Baginya, genre ini adalah sui generis — unik dan tak terbandingkan.
Ia mencatat bahwa tidak pernah ada genre sastra lain yang tumbuh begitu pesat dan diterima luas, bahkan menembus konteks global, sejak awal digagas oleh satu individu.
Baca Juga: Denny JA, Seorang Jenius Modern Asal Indonesia
Dalam esainya yang terpisah, Ahmad Gaus menyoroti pentingnya Puisi Esai sebagai jembatan antara sastra dan masyarakat luas.
Dengan gaya narasi yang mudah diakses dan tema-tema yang relevan, Puisi Esai membuka pintu bagi mereka yang sebelumnya merasa terasing dari dunia sastra.
Ia menegaskan bahwa genre ini tidak hanya menjadi milik penyair, tetapi juga politisi, akademisi, dan masyarakat umum, menjadikannya sebuah gerakan literasi inklusif yang menyegarkan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence
Juga dalam esai terpisah, Imam Qalyubi melihat Puisi Esai sebagai ijtihad sastra.