DECEMBER 9, 2022
Kolom

Membicarakan Lahirnya Angkatan Puisi Esai, Catatan Festival Puisi Esai Jakarta Ke 2 Tahun 2024

image
Lahirnya Angkatan Puisi Esai (Facebook @Denny J.A's World)

Ia menyoroti riset mendalam yang dilakukan Denny JA sebelum memperkenalkan genre ini, yang mencerminkan kebutuhan masyarakat terhadap karya sastra yang relevan dan mudah diakses.

Baginya, Puisi Esai tidak hanya estetika tetapi juga cara baru untuk menghidupkan dialog sosial yang selama ini terabaikan oleh sastra konvensional.

Juga dalam esai lain, Joni menggunakan metafora yang kuat: kisah Luqmanul Hakim dan keledainya. 

Baca Juga: Puisi Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta

Seperti Luqman yang tidak pernah bisa menyenangkan semua orang, Puisi Esai menghadapi kritik keras sejak awal kemunculannya.

Namun, ia menegaskan bahwa genre ini terus berkembang karena keyakinan pada kebaikan yang dibawanya. 

Joni juga memuji fleksibilitas Puisi Esai yang memungkinkan berbagai ekspresi seni lintas media, dari film pendek hingga teater.

Baca Juga: Denny JA, Seorang Jenius Modern Asal Indonesia

-000-

Kritik dan Respon terhadap Lahirnya Angkatan Puisi Esai

Salah satu kritik paling kuat terhadap Angkatan Puisi Esai adalah bahwa genre ini dianggap terlalu by design atau hasil rekayasa, yang dibangun melalui pendanaan besar dan promosi sistematis, sehingga tidak mencerminkan organiknya pertumbuhan sastra.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Kritikus menilai bahwa keberadaan Angkatan Puisi Esai lebih dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik daripada oleh keaslian artistik atau respon alami masyarakat sastra.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait