DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri

image
Ilustrasi (Entertainment.abc)

Di SD anak-anak Naurus harus belajar agama Islam atau
Kristen.

Di SMP mereka belajar agama yang lain lagi.”

Puisi esai ini mengangkat isu diskriminasi terhadap masyarakat adat yang menganut kepercayaan leluhur. Meskipun Indonesia mengakui keberagaman, kenyataannya banyak komunitas adat yang terpinggirkan karena kepercayaan mereka tidak diakui secara resmi.

Baca Juga: Orasi Denny JA: Memperkuat Isu Lingkungan Hidup Melalui Agama Leluhur

Akibatnya, mereka menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan publik, pendidikan, dan pekerjaan.

Melalui dialog antara Irena dan Yopi, puisi ini menggambarkan dilema yang dihadapi oleh penganut kepercayaan Naurus.

Mereka dipaksa menyesuaikan diri dengan agama yang diakui pemerintah demi mendapatkan hak-hak dasar. Hal ini mencerminkan kurangnya pengakuan dan penghormatan terhadap kepercayaan lokal yang seharusnya dilindungi sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.

Baca Juga: Deretan Artis Indonesia yang Tinggal di Los Angeles Saat Kebakaran Hebat, Begini Kondisi Mereka

Puisi ini juga menyoroti dampak psikologis dan identitas yang dialami oleh individu seperti Irena. Ia terpaksa menyembunyikan atau mengubah identitas kepercayaannya demi memenuhi tuntutan administratif.

Mereka juga menghadapi konflik batin antara menjaga warisan leluhur dan memenuhi persyaratan sosial.

-000-

Baca Juga: Rumah Rp 146 Miliar Ini Selamat dari Kebakaran Hebat di Los Angeles, Rahasianya Bikin Melongo

Puisi esai Ahmad Gaus lain berjudul “Secangkir Teh yang Tumpah di Kaki Cenning.” Puisi ini mengisahkan pertemuan antara Uleng dan Cenning, yang membuka tabir sejarah diskriminasi terhadap penganut agama To Lotang di Sulawesi Selatan.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait