Organisasinya, seperti cermin pecah berkeping,
murid-muridnya seperti obor di malam kelam,
bercahaya, tapi saling menghanguskan.
Banyak berkata, ‘Satukan mereka, wahai Guru!
Indonesia perlu mereka saling rangkul, bukan saling pukul.
Tapi Tjokro hanya tersenyum,
karena ia tahu,
angin tak bisa dipaksa berembus satu arah,
dan burung-burung itu,
Bung Karno, Muso, Kartosuwiryo,
perlu mengepakkan sayap sendiri,
mencari sarang di cakrawala mereka masing-masing.”
Di senja usianya,
ketika ia menutup mata,
ia tak tahu,
apakah impiannya mencapai puncak?
Apakah Indonesia akhirnya merdeka?
Namun ia ingin yakin saja.
Tugasnya sudah paripurna:
menyalakan api.
Sejarah akan menyelesaikan sisanya. ***
Jakarta, 22 Januari 2025
CATATAN
(1) Puisi esai ini dramatisasi kisah masa tua HOS Tjokroaminoto.
https://www.orami.co.id/magazine/samanhudi