Obsesi Kesempurnaan: Pelajaran The Devil Wears Prada di West End London dalam Puisi Denny JA
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 23 Januari 2025 09:00 WIB
Namun di teater itu, sosok Miranda mewakili obsesi menjadi sempurna, permata yang tersembunyi dalam kegelapan. Untuk menemukannya, kita kadang harus rela kehilangan cahaya yang kita genggam.
Kita teringat Alfred Adler soal inferiority Complex.
Menurutnya, perfeksionisme justru sering muncul dari inferiority complex, rasa kurang berharga yang mendorong seseorang untuk membuktikan dirinya.
(1) Namun, obsesi terhadap kesempurnaan dapat mengorbankan keseimbangan hidup. Perfeksionis berisiko menghadapi kecemasan tinggi, kelelahan emosional, dan alienasi dari hubungan yang bermakna.
Ini harga mahal demi ilusi kontrol absolut itu.
Kesempurnaan adalah api yang tak pernah padam. Memberi cahaya, namun menyala perlahan, hingga yang tersisa hanyalah abu kehidupan yang patut dinikmati.***
Baca Juga: Momen Lebaran Denny JA Bersama Keluarga, Kompak dengan Balutan Batik Etnik
London, 9 Januari 2025
REFERENSI
1. Keinginan sempurna justru acapkali lahir dari perasaan inferiority complex (Alfred Adler): Alfred Adler's Personality Theory | Complexes & Examples Study.com