DECEMBER 9, 2022
Kolom

Puisi Esai Denny JA: Nasionalisme di Era Algoritma, Menjaga Cinta Tanah Air di Tengah Globalisasi Digital

image
Poster Buku Esai Denny JA (Entertainment)

Namun, ini bukan berarti nasionalisme mati. Ia hanya bermutasi.

Nasionalisme, seperti kehidupan itu sendiri, mencari cara untuk bertahan.

Nasionalisme di era algoritma adalah tentang kesadaran. Ia bukan lagi hanya soal mempertahankan batas fisik, tetapi tentang menemukan akar di tengah arus globalisasi.

Baca Juga: LSI Denny JA: Pentingnya Pilkada Sesuai Aturan Pilpres Baru untuk Memperkuat Demokrasi dan Perbaikan Sistem

Di balik layar ponsel dan algoritma yang terus memetakan perilaku kita, ada bisikan halus yang mengingatkan: “Kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.”

Seperti yang digambarkan dalam puisi esai saya (Denny JA), seorang pemuda bernama Darta bertanya, “Apakah arti tanah air di zaman ini?” Dalam dunia digital yang tanpa batas, ia merasakan kebingungan, namun juga keajaiban: bahwa meski dunia meluas, cinta pada tanah air tetap tumbuh.

Media sosial, algoritma, dan kecerdasan buatan memang membawa tantangan baru.

Baca Juga: 5 Lukisan AI Denny JA yang Mengungkap Realitas Tragis Israel vs Hamas: Gencatan Senjata, Damai atau Hanya Jeda Sebentar?

Emosi, yang dulu menjadi penggerak nasionalisme, kini dimanipulasi oleh mesin.

Polarisasi isu, berita palsu, dan narasi yang diprogram mengancam rasa kebangsaan kita.

Namun, di balik itu semua, tersimpan peluang.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang

Nasionalisme tidak harus mati dalam dunia yang berubah. Justru, ia bisa bertransformasi.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait