Puisi Esai Denny JA: Nasionalisme di Era Algoritma, Menjaga Cinta Tanah Air di Tengah Globalisasi Digital
- Penulis : Mila Karmila
- Rabu, 22 Januari 2025 16:00 WIB
Namun, ini bukan berarti nasionalisme mati. Ia hanya bermutasi.
Nasionalisme, seperti kehidupan itu sendiri, mencari cara untuk bertahan.
Nasionalisme di era algoritma adalah tentang kesadaran. Ia bukan lagi hanya soal mempertahankan batas fisik, tetapi tentang menemukan akar di tengah arus globalisasi.
Di balik layar ponsel dan algoritma yang terus memetakan perilaku kita, ada bisikan halus yang mengingatkan: “Kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.”
Seperti yang digambarkan dalam puisi esai saya (Denny JA), seorang pemuda bernama Darta bertanya, “Apakah arti tanah air di zaman ini?” Dalam dunia digital yang tanpa batas, ia merasakan kebingungan, namun juga keajaiban: bahwa meski dunia meluas, cinta pada tanah air tetap tumbuh.
Media sosial, algoritma, dan kecerdasan buatan memang membawa tantangan baru.
Emosi, yang dulu menjadi penggerak nasionalisme, kini dimanipulasi oleh mesin.
Polarisasi isu, berita palsu, dan narasi yang diprogram mengancam rasa kebangsaan kita.
Namun, di balik itu semua, tersimpan peluang.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang
Nasionalisme tidak harus mati dalam dunia yang berubah. Justru, ia bisa bertransformasi.